
Tidak saja sebuah tugas dan kewajiban, tapi lebih dari itu adalah
kemuliaan. Menjadi rahmat bagi semesta, adalah tugas Rasulullah yang
sangat mulia. Begitu juga kita, kaumnya, yang mewarisi perjuangannya,
meneladani perilakunya, menghidupkan sunnah, dan mengikuti jalan yang
telah dibentang oleh beliau melintas ruang dan waktu, serta melampaui
sejarah.
Maka, jika kau mampu, jadilah sesuatu yang besar, menggelora,
mengubah, mewarnai, bahkan mencipta sejarah. Jika kau mampu, kau harus
menjadi yang tinggi, atau yang dalam sekali, agar besar manfaatmu untuk
manusia dan alam ini.
Tapi jika kau tak mampu, tak mengapa. Jadi kecil saja, setitik,
mungkin tak nampak, bahkan tak terasa. Tapi kau mandiri, tak merepotkan
sesama, dan tak menimbulkan kerusakan di tempat kau berada. Jika kau tak
mampu, jadi kecil pun tak apa, asal kau tak mengganggu, apalagi menjadi
penghalang ketika kebaikan dan kebenaran ditegakkan.
Maka, jika kau mampu, jadilah jalan yang besar, tempat banyak orang
memanfaatkanmu untuk menempuh perjalanan menuju tujuan. Pergi dan
kembali, dengan baik dan selamat, tiba di tempat.
Tapi jika kau tak mampu, tak mengapa. Jadi saja jalan setapak, yang
bahkan hanya bisa dilewati seorang saja, mungkin itu dirimu sendiri.
Tapi jadilah jalan setapak yang menuju tujuan, tak sesat di tengah
jalan. Maka kau telah menolong lainnya dengan cara tak menjadi beban
yang memberatkan.
Maka, jika kau mampu, jadilah lampu besar yang benderang. Memberi
sinar dan mengusir kegelapan, bahkan bercahaya menampakkan pemandangan.
Kau buat sekitarmu, menikmati terang dan tak dirundung pekat kegelapan.
Tapi jika kau tak mampu, tak mengapa. Jadi saja lentera kecil, meski
sinarnya temaram tapi itu berguna untuk dirimu agar tak sesat di tengah
kegelapan. Mungkin tidak seterang lampu besar, mungkin tidak sebenderang
sinarnya, tapi lentera itu insya Allah menjagamu agar tak dirundung
kegelapan.
Maka, jika kau mampu, jadilah angin puting beliung atau topan,
menyapu dan menggulung kemaksiatan serta melibas bersih kezaliman.
Jadilah angin dan tenaga yang membuat mereka yang durjana merasa gentar,
meski hanya mendengar namamu saja.
Tapi jika tak mampu, tak mengapa. Kau cukup jadi semilir, angin kecil
yang menyejukkan. Menghilangkan pengap panas, menyegarkan orang-orang
yang kelelahan di jalan kebaikan, dan membuat napas mereka kembali
longgar. Tak mengapa, kau bisa menjadi angin kecil saja, itu cukup
sudah.
Maka, jika kau mampu, jadilah hujan dan bandang, dengan airnya kau
gerus semua kebathilan dan kemunkaran. Maka jadilah badai dan gelombang,
yang akan kau gunakan kekuatannya untuk memerangi keburukan.
Tapi jika tak mampu, tak mengapa. Kau jadi saja setetes embun di
ujung-ujung daun. Menyegarkan mata yang memandang, dan menghapuskan
dahaga rumput-rumput yang meski liar, tetap memerlukan sentuhan. Jadilah
setitik air yang melampangkan harapan serta kehidupan.
Jika kau tak mampu menjadi besar, tak mengapa. Jadi kecil saja,
mandiri, tak menjadi beban, dan tak pula menjadi penghalang. Itu pun,
cukup sudah, di ujung perjalanan kita akan bertemu sebagai orang-orang
yang dipersatukan dalam kebaikan. Insya Allah. Amin!
Sumber : http://penerang.com/2012/01/18/jika-mampu-jadilah-besar/ (Herri Nurdi)