Entri Populer

24 Februari 2012

Banyak yang Hilang dari Diri Kita

JurnalGhurabba- "Kata-kata itu, bisa mati," tulis Sayyid Qutb. "Kata-kata juga akan menjadi beku, meskipun ditulis dengan lirik yang indah atau semangat. Kata-kata akan menjadi seperti itu bila tidak muncul dari hati orang yang kuat meyakini apa yang dikatakannya. Dan seseorang mustahil memiliki keyakinan kuat terhadap apa yang dikatakannya, kecuali jika ia menerjemahkan apa yang ia katakan dalam dirinya sendiri, lalu menjadi visualisasi nyata apa yang ia katakan," lanjut Sayyid Qutb dalam karya monumentalnya Fii Zilaalil Qur'aan.

Saudaraku,
Menjadi penerjemah apa yang dikatakan. Menjadi bukti nyata apa yang diucapkan. Betapa sulitnya. Tapi ini bukan sekedar anjuran. Bukan hanya agar suatu ucapan menjadi berbobot nilai pengaruhnya karena tanpa dipraktikkan, kata-kata menjadi kering, lemah, ringan tak berbobot, seperti yang disinyalir oleh Syayyid Qutb rahimahullah tadi. Lebih dari itu semua, merupakan perintah Allah SWT. Firman Allah SWT yang tegas menyindir soal ini ada pada surat Al-Baqarah ayat 44 yang artinya, "Apakah kalian memerintahkan manusia untuk melakukan kebaktian, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri dan kalian membaca Al-Kitab. Apakah kalian tidak berakal?"

Membandingkan antara kita hari ini dan masa-masa lalu, akan terasa bahwa ada banyak hal yang hilang dari diri kita. Kita dahulu, yang mungkin baru memiliki ilmu dan pemahaman yang sedikit, tapi banyak beramal dan mempraktikkan ilmu yang sedikit itu. Kita dahulu, yang barangkali belum banyak membaca dan mendapatkan keterangan tentang Allah, tentang Rasulullah SAW, tentang Islam, tapi terasa begitu kuat keyakinan dan banyak amal shalih yang dikerjakan. Kita dahulu, yang belum banyak mendengarkan nasihat, diskusi, arahan para guru dalam menjalankan agama, tapi seperti merasakan kedamaian karena kita melakukan apa yang kita ketahui itu. Meskipun sedikit.

Saudaraku,
Banyak yang hilang dari diri kita…

Saudaraku,
Dahulu, sahabat Ali radhiallahu anhu pernah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan terjadi sebuah fitnah. Antara lain, ia menyebutkan, "…Ketika seseorang mempelajari ilmu agama bukan untuk diamalkan," itulah ciri fitnah besar yang akan terjadi di akhir zaman. Sahabat lainnya, Ibnu Mas'ud radhiallahu anhu juga pernah menyinggung hal ini dalam perkataannya, "Belajarlah kalian, dan bila kalian sudah mendapatkan ilmu, maka laksanakanlah ilmu itu." Ilmu dan amal, dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Tapi kita, sepertinya, kini lebih berilmu namun miskin dalam amal…

Saudaraku,
Perhatikanlah, apa saja yang hilang dari diri kita selama ini…?
Barangkali kita termasuk dalam ungkapan Al Hasan Al Bashri rahimahullah ini. Ia mengatakan, "Aku pernah bertemu dengan suatu kaum yang mereka dahulunya adalah orang-orang yang memerintahkan yang makruf dan paling melaksanakan apa yang diserukannya. Mereka juga orang yang paling melarang kemungkaran dan mereka sekaligus orang yang paling menjauhi kemungkaran itu. Tapi kini kita ada di tengah kaum yang memerintahkan pada yang makruf sementara mereka adalah orang yang paling jauh dari yang diserukan. Dan paling banyak melarang kemungkaran, sedangkan mereka adalah orang yang paling dekat melaksanakan kemungkaran itu. Bagaimana kita bisa hidup dengan orang yang seperti mereka?"

Saudaraku,
Berhentilah sejenak di sini. Duduk dan merenungkan untuk memikirkan apa yang kita bicarakan ini. Perhatikanlah apa yang dikatakan lebih lanjut oleh Sayyid Qutb rahimahullah, "Sesungguhnya iman yang benar adalah ketika ia kokoh di dalam hati dan terlihat bekasnya dalam perilaku. Islam adalah akidah yang bergerak dinamis dan tidak membawa yang negatif. Akidah Islam itu ada dalam alam perasaan dan bergerak hidup mewujudkan indikasinya dalam sikap luar, terterjemah dalam gerak di alam realitas."

Saudaraku,
Jika banyak yang baik-baik, yang hilang dari diri kita, mari memuhasabahi diri sebelum beramal, melihat apa yang menjadi orientasi dan tujuan amal-amal kita selama ini. Jika kita memeriksa niat sebelum beramal, berarti kita sudah membenahi sesuatu yang masih bersifat lintasan hati. Dan itu akan lebih mudah melakukannya. Karena asal muasal suatu pekerjaan itu adalah lintasan. Lintasan hati, dan keinginan hati itu bisa menjadi kiat sampai kemudian menjadi waswas. Dari waswas muncul dorongan untuk dilahirkan dalam bentuk tindakan. Imam Ghazali mengatakan, "Jalan untuk membersihkan jiwa adalah dengan membiasakan pekerjaan yang muncul dari jiwa yang bersih secara sempurna."

Saudaraku,
Jika kita bicara, maka kita sebenarnya diajak bicara oleh diri kita sendiri melalui kata-kata itu. Kata-kata yang kita keluarkan, sebenarnya pertama kali ditujukan pada diri sendiri, sebelum orang lain. Jika kita mendapatkan ilmu, kitalah orang pertama yang harus melakukannya. Dengan perenungan lebih jauh, sahabat Rasulullah SAW yang terkenal dengan sikap zuhudnya, Abu Darda radhiallahu anhu mengatakan, "Aku paling takut kepada Rabbku di hari kiamat bila Dia memanggilku di depan seluruh makhluk dan mengatakan, "Ya Uwaimar." Aku menjawab, "Ya Rabbku…" Lalu Allah mengatakan, "Apakah engkau mengerjakan apa yang sudah engkau ketahui?" Seorang ulama, Syaikh Jibrin yang baru saja wafat meningalkan tulisan begitu menyentuh tentang ini. Ia mengutip sebuah hadits qudsi, bahwa Allah SWT berfirman, "Idzaa ashanii man ya'rifunii, salath tu alaihi man laa ya'rifunii…" Jika orang yang mengenal-Ku melakukan maksiat kepada-Ku, Aku kuasakan dia kepada orang yang tidak mengenal-Ku…"

Saudaraku,
Banyak hal baik yang telah hilang dari diri kita.  



[M. Lili Nur Aulia, sumber: Tarbawi edisi 209 Th.11]

Racun-racun Hati : Salah Pergaulan

 JurnalGhurabba

Ditulis oleh Muhammad Shaleh Drehem, Lc.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih bersabda,”Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberikan hadiah minyak wangi kepadamu, atau engkau akan membeli minyak wangi darinya, atau setidak-tidaknya engkau akan mendapatkan bau semerbak wangi (dari minyak wangi yang ia jual). Adapun bersama tukang pandai besi, engkau bisa terbakar karena apinya, atau jika tidak engkau pasti akan mendapati bau angus.”
Dalam sabda ini, Nabi menjelaskan manfaat yang akan kita dapatkan jika kita gemar berteman dengan orang yang baik. Sebaliknya, Nabi juga menjelaskan kerugian yang akan kita dapatkan jika kita berteman dengan orang yang buruk perangainya. Ini secara tidak langsung merupakan perintah dari Nabi agar kita memilih orang yang baik sebagai teman karib atau teman dekat kita. Sebaliknya, beliau melarang kita untuk menjadikan orang-orang yang jahat sebagai teman karib kita.
Para ulama sendiri membagi teman menjadi empat macam. Pertama, teman yang seperti makanan. Kita setiap hari pasti membutuhkan makanan. Tanpa makanan, kita akan mati. Makanan adalah sesuatu yang bisa membuat kita terus bertahan hidup. Demikian pula, kita membutuhkan teman yang seperti ini. Teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita, baik secara jasmani maupun secara ruhani. Rekan kerja dan rekan bisnis kita adalah contoh teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita secara jasmani. Ulama, pembimbing dan guru adalah contoh teman yang bisa menjaga kelangsungan hidup kita secara ruhani. Itulah teman-teman yang senantiasa kita butuhkan setiap saat.Kedua, teman yang seperti obat. Namanya obat pasti hanya kita perlukan saat sakit saja. Disamping itu, jenis obat yang kita konsumsi pun harus sesuai dengan sakit yang kita derita. Demikian pula takaran atau dosisnya pun harus tepat, tidak boleh berlebihan. Seperti inilah teman yang hanya kita butuhkan pada saat-saat tertentu saja. Tidak setiap saat kita membutuhkan kehadirannya. Demikian pula kita hanya perlu berhubungan dengannya seperlunya saja dan tidak boleh sampai berlebihan.
Teman macam pertama dan kedua inilah yang bisa kita jadikan sebagai teman karib atau teman dekat.
Ketiga, teman yang seperti penyakit. Tentu saja teman seperti ini tidak bisa kita jadikan sebagai teman karib. Akan tetapi, bukan berarti kita sama sekali memutus hubungan dengannya. Sebaliknya, kita memiliki kewajiban untuk berusaha menyembuhkannya. Sebagaimana penyakit ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang parah, demikian pula teman yang satu ini. Keadaannya berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Namun bagaimanapun, ia tetap berpotensi menularkan penyakitnya kepada diri kita. Karena itu kita harus tetap berhati-hati ketika berinteraksi dengannya.
Keempat, teman yang seperti racun. Ini adalah teman yang mematikan! Sama sekali tidak ada kebaikannya bagi diri kita. Ia juga hampir-hampir tidak memiliki peluang lagi untuk berubah menjadi baik. Karena itu, kita harus ekstra waspada terhadap orang-orang semacam ini.
Pertemanan dengan orang-orang yang baik dan shalih akan menjadi pupuk bagi keimanan kita. Pertemuan dengan mereka akan menyegarkan dan meningkatkan keimanan kita. Nasihat-nasihat mereka ibarat siraman air di tanah yang tandus. Berbagai hal yang bermanfaat juga akan tercipta dari pertemanan dengan mereka.
Sebaliknya, pertemanan dengan orang-orang yang gemar bermaksiat dan dalam rangka kemaksiatan adalah fatamorgana. Pertemanan dengan mereka adalah pertemanan yang bersifat semu. Sekalipun di dunia ini pertemanan semacam ini bisa berlangsung akrab, akan tetapi pada hari kiamat kelak justru akan menjadi penyesalan. ”Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Fulan sebagai teman akrabku.”
Ketika itu, satu orang dengan yang lainnya akan saling berlepas tangan. “Ketika orang-orang yang diikuti (kesesatannya) berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa, (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti (kesesatan temannya): ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka (teman-teman yang telah menyesatkan aku), sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al-Baqarah: 166-167)
Bahkan, pada hari kiamat itu orang-orang yang saling berteman dalam kemaksiatan akan menjadi musuh satu sama lain karena saling mempersalahkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf: 67). 


Malas Beribadah

JurnalGhurabba-Pernahkah kita malas untuk pergi ke masjid, khususnya pada waktu shalat isya dan subuh? Atau kini kita sedang mengalaminya? Malas untuk shalat malam walaupun kita sempat terbangun? Mungkin kita perlu melihat sisi lain malas beribadah agar kembali bersemangat menunaikannya.

Syaikh Aidh Al Qarni mencantumkan malas beribadah ini sebagai karakter kelima orang munafik. Dalam bukunya
Tsalatsuna 'Alamatan lil Munafiqin, beliau menjelaskan hal itu seraya menampilkan karakter kebalikannya yang dimiliki kaum mukminin, yaitu semangat beribadah.

...dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas...
(QS. An-Nisa : 142)

Inilah firman Allah memotret karakter orang munafik. Mungkin orang munafik itu masih menunaikan shalat, namun ia menjalankannya dengan malas. "Orang-orang munafik pada masa dahulu," kata Aidh Al Qarni, "juga mengerjakan shalat bersama Rasulullah, tetapi mereka mengerjakannya dengan malas."


Maka, semestinya kita takut seandainya kita malas beribadah, itu menjadi pertanda kita dihinggapi kemunafikan. Malas beribadah dalam arti yang luas, tidak terbatas pada shalat. Aidh Al Qarni menjelaskan bahwa malas puasa, malas berzikir, malas menghadiri halaqah atau majelis ilmu, dan malas berdakwah juga termasuk tanda kemunafikan, sebagaimana malas shalat.


Sebaliknya, orang mukmin memiliki semangat dan vitalitas dalam beribadah. Rasulullah dan para sahabat menjadi contoh utama dalam hal ini.


Aswad bin Yazid bertanya kepada Aisyah, "Kapan Rasulullah bangun untuk shalat malam?" Aisyah menjawab, "Beliau selalu bangun jika mendengar ayam berkokok." Aisyah melanjutkan, "Lalu beliau melompat dengan suatu lompatan." (HR. Muslim)


Demikianlah semangat Rasulullah dalam beribadah. Aisyah tidak mengatakan "beliau berdiri", tetapi "beliau melompat." Subhaanallah. Benar-benar menggambarkan vitalitas dalam beribadah.


Para sahabat dan orang-orang shalih terdahulu juga memberikan contoh yang luar biasa. Mereka memiliki semangat, antusias dan vitalitas beribadah; menggambarkan luapan keimanan mereka.


"Urwah bin Zubair biasa shalat sunnah di malam hari,” kenang Ibnu Syaudzab, “dengan menghabiskan seperempat Al-Qur’an.”


“Urwah bin Zubair tidak pernah meninggalkan dzikir malam,” tambah Abdullah bin Muhammad bin Ubaid menguatkan, “kecuali saat kakinya diamputasi.”


"Selama 50 tahun,” kata Abdul Mu’in bin Idris dari ayahnya, “Sa’id bin Musayyab shalat Shubuh dengan wudhu Isya”. Hebatnya lagi, selama 50 tahun itu Sa’id bin Musayyab tidak pernah tertinggal takbiratul ula, juga tidak pernah melihat punggung jama’ah karena tidak pernah berada di shaf kedua.


Dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Tirmirzi semangat beribadah, khususnya shalat berjamaah dikaitkan langsung sebagai bukti keimanan.


Barangsiapa yang kalian lihat biasa ke masjid, saksikanlah bahwa ia beriman
(HR. Tirmidzi dan lain-lain)

Jika demikian halnya, adakah pilihan lain bagi kita selain memerangi kemalasan? Takutlah kita jika kemalasan tidak lain adalah tanda kemunafikan yang menghinggapi kita, meskipun itu adalah nifaq amali. 

Sumber :  http://www.bersamadakwah.com/2012/01/malas-beribadah.html

18 Februari 2012

Enam Pesan Ahli Surga

JurnalGhurabba-Betapa indahnya ketika berbicara tentang surga. Dan tahukan engkau apa itu surga? Surga adalah rumah tinggal yang abadi yang menjadi tujuan setiap hamba Allah yang shalih. Surga adalah pusat aspirasi semua hamba Allah. Surga adalah di atas apa yang kita lihat, di atas apa yang kita dengar dan di atas apa yang muncul dalam pikiran manusia,
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 107-108:
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, (*) Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya. (QS Al-Kahfi: 107-108).
Rasulallah SAW bersabda, sebagaimana disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Abu Hurairah, (Allah berfirman, Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih surga yang (kenikmatannya) belum pernah ada mata yang telah melihat, dan tidak pernah ada telinga yang telah mendengar maupun telah terdetik di hati manusia).
Dengan kasih Allah dan rahmat-Nya kepada kita,  Dia telah membentangkan gambaran surga yang nikmat itu, dengan menekankan keabadian dan kesempurnaan, tanpa kekurangan sedikitpun, tidak panas atau dingin, tidak lelah dan tidak sibuk dengan hiruk pikuk, tak ada kerugian, tidak ada yang dicurangi. Sekali teguk kenikmatan di surga melupakan semua penderitaan dalam hidup ini. Timbul pertanyaan, mengapa semua ini diceritakan wahai hamba-hamba Allah? Hal ini semata untuk mengajak orang-orang beriman ke surga dengan penuh semangat. Agar mereka bergegas menuju berbagai kebahagiaan, taman dan segala istananya.  Sebab surga adalah tempat tinggal yang Allah ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, dipersiapkan sebagai rumah untuk orang-orang yang dicintai-Nya agar mengisinya dengan rahmat, kemuliaan dan ridha-Nya. Dia menggambarkan kenikmatannya sebagai kemenangan besar, pemiliknya sebagai raja diraja, segala kebaikan dan kemurniannya dijaga dari setiap cacat dan kekurangan. Celakalah jiwa-jiwa yang tidak menginginkan hal itu, tidak ingin melihatnya, dan tidak berusaha untuk masuk ke dalamnya!
Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk merenungkan hadits-hadits Nabi SAW yang terkait langsung dengan mereka yang dijanjikan surga, seraya berdoa kepada Allah agar kita dimasukkan surga bersama keluarga dan kerabat kita semua. Tak ada surga kecuali dengan berusaha menggapainya.
Pesan Pertama: Kisah Abu Bakr dan amalan-amalan baiknya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW berkata, Siapa di antara kamu yang berpuasa hari ini? Abu Bakar menjawab: “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang telah mengikuti pemakaman hari ini?” Abu Bakar berkata: “Aku”. Dia berkata lagi, “Siapa di antara kalian yang memberi makan orang miskin hari ini? Abu Bakar berkata, “Aku”. Dia bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Aku”. Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Jika terkumpul seluruh amalan seperti di pria ini, niscaya ia akan masuk surga”.
Diriwayatkan dari Abd al-Rahman bin Abi Bakr,  dia berkata, “Rasulullah SAW shalat subuh, kemudian bertemu dengan para sahabatnya”. Dia berkata: “Apakah ada di antara kalian yang hari ini berpuasa? Umar bin al-Khattab menjawab, “Ya Rasulallah, aku tidak berniat puasa, maka pagi ini aku berbuka (sarapan).” Abu Bakar berkata, “Kalau aku, sejak semalam sudah berkata pada diriku sendiri untuk puasa, maka aku puasa.” Rasulullah SAW kemudian bertanya lagi, “Apakah ada di antara kalian hari ini yang menjenguk orang sakit? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami shalat dan berdoa denganmu, bagaimana kami dapat menjenguk orang yang sakit?” Abu Bakar berkata: “Aku mendengar bahwa adikku, Abdul Rahman bin Auf, merintih maka aku mencari cara untuk bisa mengunjunginya ketika aku datang ke masjid, Rasulullah SAW bertanya lagi, “Sudahkan ada di antara kalian yang bersedekah hari ini? Umar berkata, “Ya Rasulallah, kami kan shalat dan  berdoa bersamamu dan tidak sempat istirahat.” Abu Bakar berkata: “Ketika aku masuk masjid di tengah jalan kujumpai pengemis, di tanganku ada segenggam roti yang kudapat dari Abdurrahman, aku berikan kepadanya”. Rasulallah SAW kemudian bersabda, “Aku beri kabar gembira untukmu (Abu Bakar, termasuk ahli) surga.” Umar menggumam, “oh…oh… oh… ahli surga.”
Pesan Kedua: Utsman radhiallahu anhu dan Infaq.
Diriwayatkan dari Tsamama bin Hazn al-Qusyairi, radhiallahu anhu, dia berkata: Aku menyaksikan Peristiwa Dar (yaum al-dar), ketika mereka, penduduk Madinah, memuliakan Ustman untuk bercerita amal-amal baiknya di hari itu. Ustman berkata: “Tahukah kalian bahwa ketika Rasulallah sampai ke kota Madinah, dan tak ada cadangan air (di kota itu) kecuali sumur milik Raumah. Rasulallah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membelinya dan menjadikan embernya dan ember kaum muslimin masuk ke sumur itu, niscaya baginya surga? Aku membelinya dari harta tabunganku. Hingga hari ini, aku larang diriku sendiri untuk meminum air dari sumur itu hingga aku harus minum air laut. Mereka menjawab, “Ya”. Utsman berkata lagi, “Dan dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, tahukah kalian bahwa (suatu hari) masjid itu sudah sempit dengan jamaah, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mau membebaskan tanah si fulan, niscaya diberikan kebaikan baginya dari masjid itu hingga ke surga, aku membelinya dari hartaku. Hingga hari ini aku cegah diriku untuk shalat dua rakaat di masjid itu”. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah dan mengagungkan Islam, Tahukan kalian bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang membekali tentara, niscaya wajib baginya surga. Maka aku berikan perbekalan (pada tentara). Mereka berkata, “Ya Allah, ya benar”. Ustman berkata lagi, “Dengan memuji Allah, Tahukah kalian aku  dulu berada di gunung Tsabir di pinggir kota Mekah bersama-sama dengan Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar, maka tiba-tiba gunung terguncang, sehingga batunya berjatuhan ke dasar, Rasulullah SAW menghindar dengan kakinya, dan berkata: “Tenanglah wahai (gunung) Tsabir. Sesungguhnya, di dekatmu ada seorang Nabi, seorang yang jujur dan dua orang yang menjadi syahid. Mereka berkata, “Ya”. Ustman berkata, “Allah Akbar, saksikanlah aku agar kelak masuk surga, wahai tuhan pemilik Ka’bah. Ia berucap tiga kali.
Pesan Ketiga: Terjaga dengan ibadah di waktu malam:
Salah seorang tabiin (generasi setelah sahabat Nabi) berkata, saat itu mereka tengah merindukan surga dan para bidadarinya, “Aku akan membeli seorang bidadari dari sekian banyak bidadari surga dengan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam, aku tidak akan tidur sampai aku selesai khatam tersebut.” Dia sudah mengkhatamkan sebanyak dua puluh Sembilan juz, lalu rasa kantuk menyerang hingga ia tertidur. Dalam tidurnya ia mimpi bertemu bidadari, dan sang bidadari berkata berkata,
Apakah engkau akan meminang bidadari sepertiku, dan engkau tertidur. Sementara orang yang mencintaiku, aku haramkan tertidur. Karena aku dicipta untuk setiap orang yang banyak melakukan shalat dan rajin bangun malam. Mendengar itu, ia terbangun, dan langsung melanjutkan usahanya, dan ia kemudian berkata: Dengan izin dan rahmat Allah, aku akan berusaha untuk mendapatkan semua ini, untuk mendapatkan salah satu dari bidadari itu.
Abu Sulaiman Aldarini – belas kasihan Tuhan – suatu kali tertidur pada suatu malam malam, dia dikenal sebagai ahli ibadah, seorang yang zuhud, dan tulus kepada Allah, dan ketulusan dengan Tuhan, Yaman itu sendiri, termasuk surga yang penuh kenikmatan. Pada suatu malam dia berkata, tidur dan diri kadang-kadang berbicara tentang apa yang Anda inginkan dan apa yang ingin Anda dan termasuk cinta – berkata: Aku melihat – sebagaimana yang sering dilihat oleh orang tengah tidur, suatu kali bidadari datang kepadaku dan berkata: “Inikah perbuatan orang-orang shalih?” “Wahai Abu Sulaiman – Apakah engkau tertidur dan aku telah menunggumu sejak lima ratus tahun”. Tidak ada Tuhan selain Allah; Sejak itu, ia tak lagi tidur kecuali hanya sedikit saja, hal itu dimaksudkan agar ia sungguh-sungguh bertemu dengannya.
Pesan Keempat: Bilal bin Rabah, radhiallahu anhu dan wudhu:
Bilal adalah bujang yang bekerja pada Abu Bakar, semoga Allah senang dengan dia. Ia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, karena itu ia dihukum oleh kaumnya dan mereka memaksanya untuk bersaksi “Tuhanku Latta dan Uzza”. Namun, Bilal tetap teguh berkata, “Ahad… ahad…”  Datanglah Abu Bakar dan membebaskannya dari perbudakan dengan membelinya seharga tujuh (sebagian mengatakan lima) kantong emas. Rasullah SAW kemudian menyatakannya sebagai manusia merdeka. Maka, sejak itu Bilal menjadi muadzin Nabi, baik saat berdiam di Madinah atau saat berperjalanan.
Abu Hurairah RA berkata: Suatu hari Rasulullah SAW beserta Bilal: “ceritakanlah padaku satu pekerjaan yang dilakukan dalam Islam memberikan manfaat, aku mendengar Nabi SAW mengatakan ia sudah mendengar suara sandal Bila di surga. Bilal menjawab, aku tidak mengerjakan apa-apa, kecuali menjaga wudhuku hingga seringkali aku shalat maghrib dengan wudhu shalat dzuhur.”
Pesan Kelima:  Di mana tokoh seperti Abu Dahdah sekarang?
Abu Dahdah, nama lengkapnya adalah Tsabit bin Dahdah al-Anshari, salah satu pelaku sejarah perang Uhud dan menemui kematiannya pada perang tersebut. Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Betapa banyak decak kekaguman untuk Abu Dahdah di surga”. Dan diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani dalam kitab Al-Awsat  (2/517)  dari hadits Umar dengan lafadz, manakala ayat Allah SWT turun, “barangsiapa yang memberikan pinjaman kepada Allah sebaik-baik pinjaman” Abu Dahdah berkata, Ya Rasulallah, apakah kita harus meminjamkan Allah dengan harta kita?”. Rasulallah SAW menjawab, “Ya.” Dia berkata: Sesungguhnya aku punya dua dinding (lantai), satu di atas, satu lagi di bawah.. Aku telah meminjamkannya untuk Allah.
Pesan Keenam: Tidak Ghibah:
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “bahwasanya ada seseorang bertanya, Ya Rasulallah, si fulan dikenal banyak melakukan shalat dan puasa, hanya saja dia selalu menyakiti tetangga dengan lidahnya. Rasulallah bersabda, “Dia di neraka.” Orang tersebut bertanya lagi, “Sementara ada juga si fulanah dikenal sedikit saja shalat dan puasanya sebab dia sibuk memberi makan sapinya, dan dia tidak mengguncingkan tetangganya”. Rasulallah SAW bersabda, “dia di surga”.

Tertawa dan Menangis



"Orang yang melakukan dosa dalam keadaan tertawa akan dijebloskan ke dalam Neraka dalam keadaan menangis dan orang yang melakukan ketaatan dalam keadaan menangis akan dimasukkanoleh Allah ke Surga dalam keadaan tertawa."—(Ahli Zuhud)

JurnalGhurabba -Tertawa dan menangis adalah aktivitas fisik khas manusia. Bagi manusia, keduanya bersifat asasi, muncul sejalan dengan kemanusiaannya, sebagai fithrahnya yang orisinal. Dalam kehidupan keseharian, keduanya menjadi 'bahasa' komunikasi seseorang yang mengungkapan rasa cinta dan kegembiraan atau rasa kecewa dan kesedihan yang memenuhi suasana batinnya.
Kemelekatan tertawa dan menangis dengan kemanusiaan dinyatakan oleh Sang Pencipta dalam wahyu-Nya, "Dan bahwasannya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis." (QS. al-Najm [53] : 43). Manusia yang tak dapat tertawa dan menangis dinilai sebagai makhluk yang berhati batu.
Sebagai aktivitas fisik, tertawa atau pun menangis adalah akibat, bukan sebab. Pada umumnya ada stimulus (rangsangan) atau triger (pencetus) tertentu, seperti peristiwa sosial berupa kesenangan, kegembiraan, kebaikan, kejelekan, kemalangan, kelucuan, atau kekonyolan, yang membuat situasi batin seseorang gembira atau sedih.
Oleh sebab itu, normalnya, tertawa atau menangis, merupakan cermin otentik situasi batin. Ketika situasi batin seseorang sedang diliputi suasana kegembiraan, ia lantas bisa tertawa. Sebaliknya ketika situasi batinnya diliputi kesedihan, ia lantas menangis. Akan tetapi dalam hal menghadapi stimulus atau triger tersebut, bahkan dengan pemicu yang sama, kepekaan seseorang bisa berbeda-beda.
Ada yang begitu pekanya sehingga ia mudah tertawa atau menangis. Tetapi, ada pula yang tidak, sehingga ia tak mudah tertawa atau menangis. Bahkan orang-orang tertentu dapat “tertawa” dalam situasi batin yang penuh kesedihan dan “menangis” dalam situasi batin yang penuh keriangan. Misalnya orang yang terkena penyakit diskongruen, yaitu ketidakselarasan antara yang dirasakan dengan yang diungkapkan.
Oleh sebab tertawa dan menangis melekat dengan karakteristik kemanusiaan, maka banyak manfaat yang lahir dari keduanya. Misalnya, bagi kesehatan ruhani dan jasmani. Tertawa dapat memperkokoh kesehatan dan menangis dapat menjadi pintu untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada.
Dalam hadis, banyak riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw tertawa ketika menemukan sesuatu yang menyenangkannya dan bahkan sering bersenda gurau meskipun tidak sampai melewati batas yang hak.
Nabi Sulaeman juga dikisahkan dalam al-Quran tertawa ketika beliau mendengar teriakan seekor semut yang mengomandoi kawan-kawannya untuk masuk sarang agar tidak terinjak Nabi Sulaeman dan bala tentaranya.
قَالَتْ يَا أَيُّهَا المَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ ﴿٢٩﴾
“Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.” (QS. al-Naml [27] : 19)
Dalam Islam, baik tertawa atau pun menangis harus proporsional, pada tempatnya, dan tetap berada dalam batas-batas kesopanan dan kebenaran. Tegasnya, tidak boleh melampaui batas-batas kewajaran yang dibenarkan agama.
Dalam hal tertawa misalnya, tidak boleh menertawakan kemalangan orang lain. Atau dalam hal menangis, karena ditinggalkan orang yang dicintainya tidak boleh sampai ke tingkat meratap apalagi sampai meraung-raung.
Sesungguhnya hidup itu sebuah pilihan. Pilihan untuk taat kepada kehendak-kehendak Allah Swt yang tertuang dalam wahyu-Nya. Apa pun resiko yang akan dihadapi. Atau, melakukan dosa pembangkangan terhadapnya, pilihan untuk Dunianya atau untuk Akhiratnya. Sedangkan pilihan seseorang mencerminkan tingkat kualitas dan kecerdasan intelektualitas dan spiritualitasnya.
Misalnya dalam menjatuhkan pilihan antara kepentingan Dunianya dan kepentingan Akhiratnya. Menghadapi pilihan itu, banyak manusia yang bersikap terrbalik. Tidak selaras dengan hakikat Dunia dan hakikat Akhirat.
Kalau kita amati dengan seksama, banyak orang yang begitu antusias menyongsong Dunia sedangkan hakikat Dunia yang sedang disongsongnya itu, dengan sangat meyakinkan, sedang berproses meninggalkan diri mereka.
Banyak pula orang yang membelakangi Akhiratnya. Padahal setiap diri, pada hakikatnya, mereka sedang menuju dan menyongsongnya. Rasulullah Saw bersabda,
”Manusia yang paling cerdas ialah yang terbanyak mengingat kematian dan yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas, dan mereka akan pergi ke Akhirat dengan membawa kemuliaan Dunia dan kemuliaan Akhirat. (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim)
Ketika seseorang telah menjatuhkan pilihannya dan kemudian menindaklanjutinya dalam bentuk perbuatan, maka pilihan dan perbuatannya itu lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Selanjutnya kebiasaan itu, secara terus-menerus, berproses di dalam dirinya hingga membentuk kepribadiannya yang khas.
Kepribadian seseorang itu sangat dipengaruhi oleh nilai yang diserapnya melalui penghayatan yang kemudian membentuk visi pribadinya yang kemudian mengendap ke wilayah kalbunya. Visi yang mengendap itu kemudian membentuk suasana kejiwaannya yang khas pula, yang secara keseluruhan wujud dalam bentuk mentalitas yang disebut sikap.
Sikap tersebut terus berproses dalam diri seseorang sejalan dengan realitas aktual yang dihadapinya dan seterusnya mengalir ke wilayah fisik hingga melahirkan tindakan atau perbuatan. Ketika sikap dan tindakanya menjadi dominan, maka secara akumulatif mempengaruhi kehidupannya hingga membentuk citra diri yang khas.
Atas dasar itu, seseorang bisa jadi akan tertawa terbahak-bahak ketika ia melakukan dosa dikarenakan citra dirinya sebagai pendosa telah membuatnya merasa senang dan bahkan bangga berlumur dosa. Dia akan kehilangan kepekaan emosinya terhadap nilai-nilai kebaikan. Pada umumnya orang yang merasa senang dan bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya akan mengalami kesukaran untuk membebaskan diri dari perbuatan dosa.
Ketika seseorang atau sebuah masyarakat sudah sampai ke tingkat berbangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya, maka azab Allah pasti akan menerjangnya dengan amat dahsyat, yang mengakibatkan dirinya dilanda penyesalan untuk selama-lamanya. Firman-Nya:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا ﴿٦٦﴾ وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا ﴿٦٧﴾ رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿٦٨﴾
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik di Neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya, andai kami taat kepada Allah dan taat kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu meraka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpahkan kami kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan besar.” (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Sebaliknya, orang yang pilihannya jatuh pada ketaatan kepada kehendak-kehendak-Nya dan ketaatan itu telah membentuk kepribadiannya yang khas, maka ia akan menjadi orang shalih, pribadi yang konsisten dalam menjalankan aturan agama Allah. Apa pun resiko yang diterimanya ia akan tetap berada dalam ketaatan.
Meskipun resiko yang dia tanggung akibat ketaatannya itu menyebabkan dirnya harus berderai air mata karena kesedihan yang dideritanya. Namun, ia tetap bergeming dalam ketaatan kepada-Nya.
Keteguhannya itu diperkokoh dengan keyakinan akan pembalasan Allah yang sangat baik di Akhirat kelak.
“Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati".
"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon Surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya".
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam Surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (yang didatangkan dari) sebuah mata air Surga yang dinamakan salsabil".
"Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (Surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar ".

"Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). Kafur ialah nama suatu mata air di Surga yang airnya putih dan baunya sedap serta enak sekali rasanya.” (QS. al-Insan [76] : 5-22)
Wallahu A’lam.

Sumber :  http://www.eramuslim.com/nasihat-ulama/ustadz-abu-ridha-tertawa-dan-menangis.htm

Bersatulah, Jangan Seperti Orang-Orang yang Bercerai-Berai

JurnalGhurabba-Segala Puji hanya bagi Allah Rabb Semesta Alam. Shalawat dan Salam untuk Nabi Muhammad SAW.
Paling agungnya nikmat dalam kebersamaan adalah bahwa adanya penyatuan hati dan ikatan hati di antara kita. Dan paling buruknya nikmat dalam suatu hidup kebersamaan adalah perpecahan dan bercerai-berai. Di sana banyak hadits dalam ilmu psikologis dan ilmu jiwa apa saja yang menyebabkan timbulnya perpecahan. Dan mereka telah meletakkan berbagai macam pemecahan untuk itu. Dan ketika kita melihat Al-Qur’an kita menemukan ini dalam suatu ayat. Itulah keadaan Al-Qur’an sebagai suatu mukjizat, ia mendatangkan dari berita yang besar dalam suatu kalimat efektif.
Allah SWT menyebutkan dari umat terdahulu yang telah mendahului kita. Mereka adalah kaum Nasrani, mereka mengikuti nabi Isa AS, lalu terjadi masalah besar dalam agama mereka. Itulah yang menyebabkan perpecahan dalam diri mereka. Dan ayat menggambarkan kondisi manusia. Hal ini berulang-ulang, dan menyebabkan pengulangan dalam setiap kejadian, di setiap zaman dan tempat, di setiap pertemuan, dan di setiap kebersamaan, terutama dalam setiap perkumpulan karena Allah SWT. Allah berfirman,
وَمِنَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ
“Dan di antara orang-orang yang mengatakan: “Kami ini orang-orang Nasrani”, Kami telah mengambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.” (QS. Al Maidah: 14)
Inilah pondasi utama dalam setiap kita berkumpul dan bersama. Kenapa Allah SWT menyebutkan ini dalam ayat ini? Agar tidak terjadi hal yang sama. Dan Allah menyebutkan kapan terjadinya.
Dalam suatu kitab dikatakan bahwa di antara orang Nasrani, Allah SWT telah mengambil perjanjian di antara mereka. Mengambil perjanjian di sini maksudnya adalah orang itu mengenal atau mempunyai ilmu terhadap ajaran Allah SWT. Dan dia telah mengetahui tentang kewajiban terhadap Allah SWT serta mengetahui kewajiban dakwah. Dia telah mengetahui tentang sunnah dan kewajiban untuk mengikutinya. Setiap apa yang kau ketahui itu sudah merupakan perjanjian terhadap Allah SWT. Dan di hari kiamat setiap orang akan ditanya tentang apa yang diketahui.
كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
“Setiap kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya (neraka), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu?” (QS. Al-Mulk: 8 )
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“… Kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra: 15)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Dan siapa yang tidak ikut terhadap Rasul padahal telah jelas kepadanya petunjuk? Barang siapa yang telah jelas kepadanya petunjuk tapi ia tidak komitmen kepada petunjuk tersebut, maka Allah akan menagih perjanjian itu.
Lalu apa yang terjadi? Terjadi bahwa sebagian jiwa manusia: LUPA. Melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Lupa mengandung dua makna dalam Al-Qur’an.
Makna pertama adalah tidak adanya ilmu. Seperti dalam surat Al-Kahfi bahwa sesungguhnya syaitan telah membuatnya lupa (QS. 18: 63). Inilah tidak adanya ilmu. Makna lupa yang kedua adalah meninggalkannya. Inilah yang dimaksud dengan yang di surat Al Maidah ayat 14 di atas. Maka barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang telah diketahuinya, itulah lupa. Seperti dalam suatu ayat,
نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ
“Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).” (QS. At-Taubah: 67)
Mereka meninggalkan ajaran Allah, mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah, dan mereka melalaikan perintah Allah. Kaum Bani Israil, mereka melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Dikatakan dalam suatu ayat:
وَنَسُواْ حَظّاً مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِ
“dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan (hazhzhan) yang telah diperingatkan kepada mereka (dzukkiruu bihi)” (QS. Al-Maidah: 13)
“Hazhzhan”. Apa itu hazhzhan? Hazhzhan artinya adalah sebagian atau bagian kecil. Allah menjelaskan bahwa mereka telah meninggalkan sebagian kecil dari ajaran yang telah diingatkan kepada mereka. Inilah sebab terjadinya persatuan dan di sinilah sebab terjadinya perpecahan. Jadi ketika telah meninggalkan sebagian dari apa yang telah diajarkan kepada mereka, maka di sini sebab timbulnya perpecahan. Terutama dalam masalah-masalah besar yang menyangkut masalah pondasi agama, serta pegangan prinsip agama.
Allah SWT berfirman:
فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ
“… maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka …” (QS. Al-Maidah: 14)
Apa artinya أَغْرَيْنَا ? Apa artinya al-ighra? Al-Ighra artinya mendorong ulang. Artinya bahwa permusuhan menjadi sesuatu yang dia sukai. Maka dia menjadikan perpecahan itu sebagai sesuatu yang dia senangi. Apa sebabnya? Karena mereka melupakan sebagian dari apa yang telah diingatkan dari Allah SWT kepada mereka. Inilah ringkasan dari seluruh persoalan.
Bukan berarti kita meninggalkan persoalan lain tapi ini masalah utama. Ketika kita ingin istiqamah dan kita ingin persatuan yang kuat dan kebersamaan yang kuat, maka hendaklah kita melihat makna ayat ini dan kita melakukan apa yang dilakukan oleh para sahabat: setiap diperintahkan mereka melaksanakan, setiap dilarang mereka meninggalkannya. Karena itu mereka bersatu. Maka dikatakan mereka seperti satu hati.
Raja orang kafir mengatakan, “Kami telah melihat teman-teman Kisra dan kaisar tapi kami tidak pernah menemukan seperti sahabat Muhammad”. Maka berkata salah seorang panglima di kisaran Qodisiyah bahwa orang-orang Islam telah belajar dari Muhammad. Inilah persatuan yang dibangun di atas pondasi.
Ada pun orang yang pura-pura berbasa-basi, maka Allah SWT akan mengungkap kebasa-basian. Allah SWT tidak memperbaiki orang yang berbuat kerusakan. Dan Allah SWT tidak memberikan janji kepada orang-orang yang berkhianat. Dan sebaliknya, Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang shalih. Dan Allah menunjukkan jalan keluar bagi orang-orang beriman. Dan Allah menjauhkan keburukan dari mereka.
Maka setiap kamu menemukan dalam hati suatu keinginan untuk bersatu maka berarti Allah telah menginginkan kebaikan darinya. Dan kebalikannya – ini juga merupakan kebenaran – jika ada seseorang yang dalam dirinya ingin perpecahan-perpecahan berarti Allah menginginkan keburukan darinya. Karenanya Allah SWT mengingatkan janganlah engkau berpecah belah seperti orang terdahulu berpecah belah.
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas (al-bayyinat).” (QS. Ali Imran: 105)
Lihatlah makna yang sama antara ذُكِّرُواْ بِهِ (dzukkiru bihi) dengan makna الْبَيِّنَاتُ (al-bayyinat).
Keadilan itu jelas. Kebenaran itu jelas. Pondasi agama jelas. Iman dan seluruh rukun-rukunnya jelas. Tujuan semuanya telah nampak. Semua itu merupakan al-bayyinat. Kepadanya hati orang-orang beriman berkumpul. Dan kepadanya barisan orang-orang shalih berkumpul. Inilah jalannya orang-orang beriman sepanjang sejarah. Kita mohon kepada Allah SWT semoga kita tergolong orang-orang yang bertaqwa. (hdn)

16 Februari 2012

Konspirasi Busuk Yahudi di Media Massa



“Four of the largest five entertainment giants are now run or owned by Jews. Murdoch’s News Corp (at number four) is the only gentile holdout — however Rupert is as pro-Israel as any Jew, probably more so.”

Los Angeles Jewish Times, ‘Yes, Virginia, Jews Do Control the Media,’ Oct. 29-Nov. 11, 1999, p. 14.
“Time-Warner, Disney, Viacom-CBS, News Corporation and Universal rule the entertainment world in a way that the old Hollywood studio chiefs only dreamed of. And, after all the deals and buyouts, four of the five are run by Jews. We’re back to where we started, bigger than ever.”

Jewish Week, 9-17-1999, 12.
UNDERGROUND TAUHID–Meski tragedi 11 September 2001 sudah 7 tahun yang lalu, hingga kini perdebatan mengenai tragedi tersebut terus berlanjut. Pemerintah Amerika Serikat segera setelah tabrakan tiga pesawat dengan menara kembar WTC New York dan Pentagon di Washington, mengumumkan, bahwa pelaku aksi teror tersebut adalah anggota gerakan teroris Al-Qaeda. Pada masa pemerintahan rezim Taliban di Afghanistan, negara ini merupakan markas utama kelompok Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden dan mendapat dukungan Taliban. Karena itu, pasca tragedi 11 September, Amerika Serikat menuding Al-Qaeda sebagai pelaku dan melancarkan serangan ke Afghanistan. Padahal ada banyak pengamat politik yang meragukan kebenaran dari klaim Washington tersebut. Mereka bahkan mengajukan sejumlah bukti dan data yang menunjukkan adanya keterlibatan sejumlah agen mata-mata Amerika Serikat sendiri dalam tragedi 11 September itu, atau setidaknya mereka telah mengetahui rencana aksi teror tersebut sebelumnya.
Terlepas dari adanya keraguan atas klaim pemerintah Amerika Serikat soal pelaku aksi teror 11 September 2001 itu, yang jelas pemerintah Amerika Serikat di bawah pimpinan presiden Bush saat itu telah mengeksploitasi dan memanfaatkan peristiwa ini secara berlebihan melalui media massa untuk kepentingan politik mereka.
Seluruh media massa skala international yang dikuasai oleh Barat dijadikan alat untuk menghegemoni dunia untuk mendukung kebijakan-kebijakan Amerika Serikat yang notabene disisi lain memberikan citra buruk terhadap agama Islam. Aksi terorisme yang diklaim merupakan perbuatan kelompok Al-Qaeda, telah digembar-gemborkan seolah agama Islam-lah yang memicu perbuatan terorisme itu. Sehingga muncul opini bahwa Islam adalah agama teroris, dan istilah Jihad menjadi kambing hitam dan direduksi ke level yang paling rendah sebagai tindakan ‘terorisme’.
Di Indonesia sendiri, di era pemerintahan Megawati telah memilih untuk bergandengan tangan dengan Amerika Serikat untuk memberantas “terorisme” versi Bush itu. Sehingga berbagai aksi dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mulai memberangus tokoh-tokoh Islam yang dianggap ekstrim. Ingat saja kasus Ust. Abu Bakar Ba’asyir yang ditangkap secara tidak terhormat, dituduh teroris, dipenjara berbulan-bulan, diperlakukan tidak manusiawi di penjara tanpa bukti apa-apa.
Agenda-agenda media massa nasional pun ikut menjadikan wacana terorisme –yang sengaja disandingkan dengan wacana-wacana Jihad – sebagai isu utama. Lengkaplah sudah upaya untuk membentuk penyimpangan opini di masyarakat untuk mendefinisikan makna Jihad. Bukan lagi makna sebenarnya, namun makna versi Barat.
Bush pernah berpidato di Kongres AS pada 20 September 2001 di Islamic Center di Washington DC dengan maksud menggalang solidaritas umat Kristen dan Yahudi,”The terrorists directive commands them to kill Christians dan Jews.” Padahal dari penyataan Osama bin Laden sendiri tidak pernah ia mengatakan seperti itu. Ucapan Bush itu adalah fitnah yang menyulut kebencian terhadap umat Islam[1].
Monster di Balik Monster
Dibalik negara adi daya yang sombong bernama Amerika Serikat ini, ternyata ada campur tangan pihak-pihak lain dibelakang layar yang bersekongkol melawan Islam. Umat Yahudi di Amerika telah telah mendarah-daging tersebar menjadi penguasa-penguasa modal berwajah perusahaan-perusahaan multinasional. Tak heran jika ada berderet-deret nama perusahaan media massa terkenal di Amerika dan berskala internasional ternyata semuanya dimiliki dan dikuasai oleh orang-orang Yahudi.
Kekejaman Yahudi Israel yang tak pernah sekalipun diliput media Barat
Dalam sebuah situs yang membongkar strategi busuk Yahudi, terdapat kutipan semboyan yang selalu mereka pegang untuk menguasai Amerika Serikat; “Kita tidak sekedar memberikan pengaruh yang menentukan dalam sistem politik yang kita kehendaki serta kontrol terhadap pemerintah; kita juga melakukan kontrol terhadap pikiran dan jiwa anak-anak mereka”. (Sumber: www.soulpower.web.id)

The Hidden Mission

Berikut ini adalah kutipan misi bangsa Yahudi di seluruh dunia dalam upayanya menguasai dunia. Dalam Protokol Zionisme Internasional yang ke-12 disebutkan:
“Kita akan menangani Pers dengan cara sebagai berikut:
1. Kita harus menungganginya dan mengendalikannya dengan ketat. Kita juga harus melakukan hal yang sama dengan barang cetakan, karena kita perlu melepaskan diri kita dari serangan-serangan Pers, kalau kita tetap terbuka terhadap kecaman melalui pamflet dan buku-buku.
2. Tak boleh satupun pernyataan sampai ke masyarakat diluar pengawasan kita. Kita telah mencapai hal itu pada saat ini sampai pada suatu tingkat dimana semua berita disalurkan melalui kantor-kantor berita yang kita kendalikan dari seluruh bagian dunia.
3. Literatur dan jurnalisme merupakan dua kekuatan pendidikan yang sangat penting, dan karena itu pemerintah kita akan menjadi pemilik sebagian besar dari jurnal-jurnal yang ada. Kalau ada sepuluh jurnal swasta, maka kita harus memiliki tiga-puluh jurnal milik kita sendiri, dan seterusnya. Hal ini tidak boleh sampai menimbulkan kecurigaan di masyarakat, karena alasannya semua jurnal yang kita terbitkan akan diluar kecenderungan dan pendapat yang paling kontroversial, jadi kita membangun kepercayaan pada masyarakat dan menarik perhatian lawan-lawan kita yang tidak mencurigai kita, dan akan masuk perangkap kita dan membuat mereka tidak berbahaya.”
(isi ’Protokol Ke-12’)

Yahudi Suka ‘Main’ Monopoli

a. Monopoli Yahudi Atas Media Cetak
The New York Times, The Wall Street Journal dan The Washington Post, tiga surat-kabar kelas dunia ini adalah penentu arah pemberitaan serta pengambilan keputusan oleh tokoh-tokoh di seluruh ibukota negara di dunia. Mereka menentukan apa yang patut menjadi berita dan apa yang bukan, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Mereka mampu menciptakan suatu berita disaat koran lain sekedar hanya menyalin dan meneruskannya ke seluruh penjuru dunia. Ketiga harian ini milik pemodal Yahudi, seperti juga koran-koran lain kini di Amerika Serikat dan di sebagian besar dunia. Keluarga Suzberger, seorang pemodal Yahudi yang menguasai The New York Times Company menguasai 36 buah perusahaan surat-kabar lainnya, dan duabelas majalah, termasuk McCall’s dan Family Circle. Pemilikan media cetak ini tidak berhenti hanya sampai koran yang memiliki pengaruh, tetapi bahkan sampai koran-koran kuning di New York, seperti the Daily News, dan the New York Post, yang dimiliki seorang milyarder Yahudi yang juga pengembang real-estate, Peter Kalikow. Koran ‘The Village Voice’ juga milik pribadi seorang pemodal Yahudi bernama Leonard Stern.
Ted Turner, Pemilik CNN
Hanya ada tiga majalah yang pantas dicatat di Amerika Serikat, Time, Newsweek, dan US News and World Report. Pimpinan eksekutif Time Worner Corporation adalah Steven Ross, dan orang ini pun seorang Yahudi. Ada tiga penerbit buku ukuran raksasa, Random House, Simon & Schuster, dan Time Inc. Book Co. Kesemuanya dimiliki oleh pemodal Yahudi. Pimpinan eksekutif Simon & Schuster ialah Richard Snyder, dan ketuanya Jeremy Kaplan, kedua-duanya orang Yahudi. Western Publishing ada pada peringkat paling atas, yang menerbitkan buku-buku untuk kanak-kanak, dengan pangsa pasar yang dikuasainya 50 % dari pangsa pasar buku untuk kanak-kanak yang ada di dunia. Ketua dan pimpinan eksekutifnya sekaligus ialah Richard Bernstein, seorang Yahudi. Jurubicara kaum Yahudi biasanya selalu menggunakan taktik menghindar. Mereka selalu mengatakan bahwa Ted Turner bukan orang Yahudi.
b. Monopoli Yahudi Terhadap Media Elektronik.
Kecenderungan deregulasi oleh pemerintah di seluruh dunia di bidang industri telekomunikasi menghasilkan bukannya persaingan yang kian meningkat, tetapi justeru gelombang pasang-naik merger perusahaan, disertai pengambil-alihan usaha pers yang menghasilkan multi-miliar dolar konglomerasi media. Dunia layar kaca, apakah dari suatu stasiun nasional atau melalui piringan satelit, atau saluran kabel, apakah film di gedung bioskop atau dalam bentuk VCD (video-cassette disc) di rumah; mendengarkan musik dari radio swasta niaga setempat, membaca koran, majalah, atau buku – sangat besar kemungkinannya informasi atau hiburan yang diterima tadi adalah produk atau didistribusikan oleh salah satu dari mega-usaha Yahudi di bawah ini:
Michael Eisner
Konglomerat media terbesar saat ini adalah Walt Disney Company, dimana pimpinan eksekutifnya, Michael Eisner seorang Yahudi. Kerajaan Disney dikepalai oleh seseorang yang oleh salah satu analis media disebutkan sebagai “tukang kontrol”, termasuk beberapa perusahaan produksi teve (Walt Disney Television, Touchstone Television, Buena Vista Television), jaringan teve kabelnya, termasuk di Indonesia, meliputi 14 juta pelanggan, dan dua perusahaan yang memproduksi video.
Dalam hal produksi film, the Walt Disney Pictures Group yang dikepalai oleh Joe Roth (juga seorang Yahudi), meliputi Touchstone Pictures, Hollywood Pictures, dan Caravan Pictures. Disney juga menguasai Miramax Films yang dipimpin oleh Weinstein bersaudara, orang Yahudi. Ketika Disney Company masih dipimpin oleh orang-orang non-Yahudi sebelum diambill alih oleh Eisner pada tahun 1948, film-filmnya lebih mengedepankan hiburan keluarga yang sehat. Meskipun masih memegang hak-cipta atas film-film semacam Snow White, tetapi di bawah Eisner film-film Disney memperluas produksinya pada film-film kekerasan dan sex secara mentah. Sebagai tambahan terhadap teve dan film, perusahaan itu menguasai juga Disneyland, Disney World, Epcot Center, Tokyo Disneyland, dan Euro Disney.
Disney setiap tahun menjual produk bernilai milyaran dolar dalam bentuk: buku, mainan anak-anak, dan pakaian. Pada bulan Agustus 1995, Eisner mengambil-alih jaringan Capital Cities/ABC, Inc., menciptakan sebuah kerajaan media dengan penjualan tahunan kira-kira $ 16,5 milyar. Capital Cities/ABC memiliki jaringan ABC Television Networks, yang selanjutnya menguasai sepuluh stasiun teve di New York, Chicago, Philadelphia, Los Angeles dan Houston. Anak perusahaan ABC Television di bidang teve kabel, ESPN, dikepalai oleh Steven Bernstein, yang juga seorang Yahudi. Perusahaan ini menguasai saham pemilikan Lifetime Television dan Arts & Entertainment Network Cable dengan jaringan tidak kurang dari 3.400 stasiun di seluruh dunia. Warner Music adalah perusahaan rekaman terbesar di dunia dengan menggunakan 50 buah merk dagang. Presiden komisaris dan direktur utamanya adalah Danny Goldberg. Stuart Hersh adalah ketua Warnervision, keduanya orang Yahudi. Dan jangan lupa CNN, siaran teve paling berpengaruh dengan jaringannya yang meliputi nyaris ke seluruh jagad, dikuasai oleh Ted Turner, yang juga orang Yahudi.
Harvey Weinstein, pemilik Miramax Films
Karenanya jangan heran bila siaran CNN mengenai negara-negara yang tidak sehaluan dengan Israel – terutama negara-negara Islam atau komunitas muslim – akan selalu diplintir. Orang-orang dengan wajah dan latar belakang Timur Tengah atau muslim senantiasa digambarkan sebagai “bandit”, bengis, culas, tidak dapat dipercaya dan berkubang dalam kegiatan terorisme. Demikian pula dengan jaringan media cetak, radio, teve milik Rupert Murdoch, yang juga seorang Yahudi. Murdoch mengkhususkan diri pada pers ‘kuning” dengan berita-berita yang ‘jalang’. Sasarannya ini tidak terlalu mengejutkan bila dikaitkan dengan missi dari Illuminati yang bertujuan untuk mengacaukan moral di kalangan masyarakat ‘goyyim’.
Dua perusahaan produksi film terbesar di dunia, MCA dan Universal Pictures, keduanya dimiliki oleh satu perusahaan, Seagram Co. Ltd. Pemilik Seagram adalahjuga raksasa produsen minuman keras, Edgar Bronman, yang menduduki jabatan sebagai ketua ‘World Jewish Congress’ (’Konggres Yahudi Sedunia’). Perusahaan yang pernah merajai dunia perfilman seperti Melvyn, Goodwyn, Meyer (MGM), yang diambil dari nama tiga-serangkai Yahudi. Meski tidak sebesar MCA, Universal atau MGM, tetapi perusahaan film ‘Dreamworks’ yang dikuasai oleh David Geffen, Steven Spielberg, dan Jeffry Killwnberg, dikenal dengan film-film mereka yang menggunakan manipulasi gambar yang memukau para penggemarnya di seluruh dunia.

Rupert Murdoch

Tiga siaran televisi terbesar di dunia, ABC, CBS, dan NBC, melalui merger kerajaan media-elektronika, ketiga siaran televisi ini tidak lagi independen. Kini ketiganya dibawah kontrol Yahudi: ABC dipimpin oleh Leonard Goldenson, CBS oleh Laurence Tisch, dan NBC oleh Robert Sarnoff. Selama beberapa dasawarsa ketiga siaran televisi ini dikelola dari puncak sampai ke bawah oleh orang-orang Yahudi, dengan demikian watak keyahudiannya tidak akan pernah berubah, meski pemilikannya di kemudian hari mungkin saja beralih tangan. Penampilan kepentingan Yahudi terutama sangat menonjol dalam dunia televisi, yang merupakan media yang paling mudah mempengaruhi pendapat dan sikap masyarakat. (Sumber: www.soulpower.web.id)

Media Massa Indonesia Terkontaminasi?

Sejak pemerintahan Gus Dur, Departemen Penerangan RI dibubarkan. Alasannya berkaitan dengan ketidaksukaan Gus Dur terhadap kehadiran semacam sarana propaganda resmi pemerintah yang berkuasa. Yang kedua, berkaitan dengan gagasan tentang perlunya kebebasan pers sebagaimana mestinya. Dan dalam kondisi tiadanya lembaga Penerangan Resmi Milik Negara maka kompetisi pihak swasta sangat dimungkinkan berkembang lebih semarak di Indonesia. Tak lama lagi, industri media, baik cetak atau televisi, akan dipenuhi oleh modal, konsultan, dan bahkan pekerja dari luar negeri. Perusahaan-perusahaan besar dibidang penyiaran yang semula dikuasai pengusaha lokal seperti RCTI, SCTV, INDOSIAR dan lain-lain , juga akan berganti majikan dan dimiliki pemodal asing.
Dari investor asing yang paling siap dan yang pasti tidak akan melepaskan kesempatan terbukanya investasi di bidang informasi yang memiliki pasar menjanjikan di Indonesia adalah para pemain dari jaringan yang sudah kuat dan dominan di dunia yaitu jaringan yang dimilik orang-orang Yahudi. Apalagi Gus Dur mempunyai keinginan membuka jalur perdagangan dengan bangsa Israel. Cocok iwak ndok dengan keinginan jaringan raja media milik orang-orang Yahudi untuk membuka pasar di Indonesia
I. STUDI DAN ANALISIS KASUS
Kasus-Kasus Penyimpangan Makna Jihad di Media Massa Nasional
a. Kasus Jihad Versi Majalah Tempo
Majalah Tempo pernah menanggapi maraknya aksi rencana jihad ke Afghanistan untuk melawan Amerika Serikat. Pada tanggal 7 Oktober 2001, majalah Tempo membuat kover dengan judul singkat: “JIHAD?” dan laporan utamanya berjudul “Seruan Jihad Setengah Nada”. Pada kalimat pertama berita utama itu berbunyi,”Ada seruan dan pendaftaran untuk berjihad di Afghanistan, tapi biasanya hanya ‘gertak sambal’.”
Majalah Tempo terkesan sinis terhadap berbagai gerakan umat Islam di Indonesia untuk melawan kebijakan-kebijakan Amerika Serikat. Hal itu bisa dilihat dalam kolom “Opini” pada halaman 17-18 edisi 7 Oktober 2001. Disitu, Tempo menuliskan,
“Bagi mereka yang belakangan ini sibuk mendaftar untuk berjihad, ada baiknya membuka kembali kitab-kitab lama. Utamanya adalah kisah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dan kelaigus menantu Nabi Muhammad saw.. Ada sejumlah kejadian yang layak untuk menjadi renungan.
Alkisah, dalam sebuah peperangan, Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. bertarung dengan seorang musuh. Lawan yang berniat menghancurkan Islam itu bisa dipukul jatuh dan Khalifah Ali pun siap menetakkan pedang untuk menghabisi seterunya itu. Namun tanpa diduga. Sang seteru malah meludahi muka Khalifah Ali sehingga menyalakan api kemarahan pahlawan Islam ini. Tentu saja semangatnya untuk menghabisi musuh semakin berkobar. Tapi, sebelum pedang diayunkan; Khalifah Ali mengucapkan istighfar dan mengurungkan sabetan pedangnya. Lawan yang sudah tanpa daya itu dibiarkannya tetap hidup.”

Belakangan ketika ditanya para pengikutnya sosok yang dikenal gagah berani ini menjelaskan mengapa ia tidak jadi membunuh. Khalifah Ali bin Abi Thalib khawatir jika ia menewaskan seseorang bukan karena membela Islam melainkan sekedar pemuas kemurkaannya. Membunuh karena marah adalah dosa besar, sekalipun yang dibunuh adalah orang jahat. Islam adalah ajaran damai dan hanya melakukan kekerasan untuk membela diri.”
Banyak hal yang bisa dilihat dari kutipan kolom “Opini” di Tempo itu. Jika dilihat dari sisi kaidah dalam jurnalistik, yang paling utama dalam menyajikan berita adalah akurasi fakta, bukan opini yang dikembangkan berdasarkan fakta tersebut. Apalagi ada beberapa fakta yang jelas-jelas salah yang dituliskan oleh Tempo. Misalnya, sebutan Tempo bahwa Ali bin Abi Thalib adalah khalifah terakhir. Anggapan ini jelas-jelas salah sebab sepeninggal Ali masih banyak khalifah kaum muslimin, bahkan ada yang dikenal sebagai khalifah yang adil dan sangat berjasa dalam perkembangan Islam. Hal ini membuktikan bahwa Tempo sangat minim pengetahuannya tentang sejarah Islam.
Ungkapan Tempo bahwa “membunuh karena marah adalah dosa besar, sekalipun yang dibunuh adalah orang jahat” dan bahwa “Islam adalah ajaran damai dan hanya melakukan kekerasan untuk membela diri” belum tentu benar kalau pernah diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib. Sikap Ali bin Abi Thalib dalam kisah tersebut memang menunjukkan tingkat ketinggian ketaqwaannya. Akan tetapi, dalam peperangan tidak ada larangan untuk membunuh musuh. Apa benar Islam hanya melakukan kekerasan kalau diserang? Tidak. Kita bisa membaca sejarah seluruh peperangan yang dilakukan oleh Nabi saw. Nabi tidak selalu menunggu diserang lebih dahulu ketika mengangkat bendera peperangan. Semestinya kalau logika ini dipakai oleh umat Islam, tidak ada dalam sejarah pasukan Thariq bin Ziyad yang bisa menaklukkan sebagian besar benua Eropa.
Sejumlah pihak di Indonesia sering kali menyatakan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Kampanye bahwa Islam adalah agama perdamaian dan tidak mengahalalkan kekerasan, dilakukan dengan gencar, padahal agama Islam ini tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Dalam sejarah Islam, Ali bin Abi Thalib kadang tampil sangat lembut, tetapi dalam kasus lain, beliau bersikap sangat tegas dan keras. Contohnya dalam kasus hukuman terhadap pelaku homoseksual, Ali bin Abi Thalib berpendapat, “Pelaku homoseksual harus dibakar dengan api.” Khalifah Abu Bakar yang dikenal sangat santun dan lembut pun, juga menyetujui pendapat Ali itu.[2]
Tempo dalam menggambar sifat Islam hanya mengambil contoh-contoh yang sepotong-sepotong saja pada satu atau dua tokoh muslim. Padahal dalam menghadapi kaum non-muslim, Nabi Muhammad saw. juga memiliki banyak sisi, tergantung kepada siapa yang dihadapi. Terhadap orang non-muslim yang tidak memusuhi Islam dan tunduk dibawah pemerintahan Islam, Rasulullah saw. bersikap sangat baik. Beliau katakan “Barang siapa menyakiti seorang dzimmi[3], sungguh ia menyakitiku, dan barangsiapa menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah.”[4]
Tuduhan Tempo bahwa sebagian umat Islam telah melenceng menggunakan makna jihad, sangat tidak beralasan. Penggalangan seluruh kekuatan fisik, peralatan perang, harta, dan sebagainya untuk menghadapi musuh-musuh umat Islam justru hal yang sangat diperintahkan oleh ajaran Islam.
Masalah jihad ini sudah banyak dibahas dalam kitab-kitab tafsir, hadits, dan fikih Islam. Jihad yang tertinggi tingkatannya adalah jihad di medan perang, sehingga orang yang meninggal di medan jihad disebut dan diperlakukan sebagai syahid. Ada perlakuan khusus terhadap jenazah syahid, seperti tidak perlu dimandikan.
Selain itu, Tempo juga menulis, “Ironisnya, cara Islami justru sudah ditunjukkan oleh kalangan non-muslim. Pendekatan yang dilakukan presiden Bush di Amerika Serikat, Toni Blair dan Pangeran Charles di Inggris, dan pimpinan negara non-Islam lainnya kepada masyarakat muslim setempat adalah kasus nyata.”
Menurut analisis penulis, penyataan yang dibuat Tempo ini sangatlah aneh, sepertinya sengaja membutakan diri terhadap berbagai aksi kejahatan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan kawan-kawannya di Palestina, Irak, Libya, dan sebagainya. Belum lagi ribuan kasus penganiayaan, pembunuhan, dan pelecehan terhadap kaum muslim yang terjadi di Amerika. Tempo terang-terangan telah melakukan pengkultusan terhadap Amerika Serikat dengan menyebarkan fitnah-fitnah untuk menjatuhkan martabat umat Islam.
b. Terorisme Versi Kedubes AS dan Tempo
Pada akhir tahun 2001, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyebarkan sebuah pamflet yang berjudul “Jaringan Teroris”. Pamflet itu disebarkan secara luas oleh Kedubes AS di Jakarta ke berbagai kalangan umat Islam dan media massa. Jika diteliti, pamflet itu berisi kebohongan dan propaganda untuk membela kepentingan AS. Di awal pamflet tertulis,”Kedutaan Besar AS menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada TEMPO atas kerjasamanya dalam proyek ini.”
Di awal pamflet ini ada tulisan seorang bernama Donald K. Emmerson yang secara terang-terangan melakukan pembelaan terhadap kebijakan politik AS di Palestina dan di beberapa negara lainnya. Pimpinan Redaksi Majalah Tempo, Bambang Harimurti memberikan klarifikasi bahwa secara kelembagaan maupun perorangan, Tempo tidak terlibat dalam pembuatan pamflet tersebut, namun Tempo memang memberikan izin kepada Kedubes AS untuk memuat secara utuh kolom Donald K. Emmerson dalam pamflet tersebut. Bambang mengatakan,”Perlu saya jelaskan bahwa di majalah Tempo berlaku kebijakan umum untuk memberikan izin kepada pihak-pihak yang ingin mengutip isi majalah Tempo yang telah terbit selama menjelaskan sumbernya dengan jelas.”
Dalam pamflet tersebut banyak mengandung kebohongan, Donald jelas-jelas membela Amerika dengan membantah bahwa politik luar negeri AS sangat anti-Islam serta mengatakan bahwa campur tangan AS di Palestina adalah bentuk kepedulian untuk mencari jalan damai antara Israel-Palestina.
Menurut Paul Findley, tindakan AS yang setia mendukung Israel adalah bentuk hubungan yang membahayakan masa depan AS sendiri. Dia mengatakan,”AS memberikan dukungan, yang tanpa dukungan itu, israel tidak akan mampu melanjutkan penindasan atas hak asasi manusia dan ekspansi wilayahnya.[5]
Yang lebih berbahaya lagi, pamflet itu mengutip sejumlah ulama Islam secara sepotong-sepotong sehingga menimbulkan kesan bahwa ulama itu mendukung kebijakan anti-terorisme AS. Yang menjadi korban kutipan itu adalah Yusuf Qaradhawy, “Islam adalah agama yang toleran, yang menempatkan jiwa manusia dalam rasa hormat yang tinggi dan menganggap serangan terhadap orang yang tak bersalah sebagai dosa yang sangat besar…” (hlm. 2). Di halaman 19 ditulis,”Syekh Yusuf al-Qaradhawy asal Qatar telah mengutuk serangan teroris dan berkata sudah menjadi tugas kaum muslimin untuk menyeret para pelaku kejahatan itu untuk diadili.”
Pamflet ini sangat tidak jujur dalam mengutip pendapat Yusuf Qaradhawy, seolah Qaradhawy bersikap pro-AS, padahal dalam salah satu wawancara dengan TV Al-Jazeera, Qaradhawy mengharamkan tindakan yang mendukung seragan terhadap negeri muslim. Dia berkata,”Seorang muslim harus memiliki kemuliaan dan harga diri di hadapan AS, tidak menolong dan membantu AS untuk menyerang saudara-saudara mereka kaum muslimin, atau membantu memberi data dan petunjuk bagi AS, dan membuka semua rahasia saudaranya untuk mencapai kekuasaan.”[6]
Bahkan Qaradhawy pernah berfatwa bahwa bom syahid bagi pejuang Palestina untuk menghancurkan markas-markas Israel adalah sebuah aksi syahadah. Sedangkan Israel dan AS menyebutnya sebagai aksi terorisme. Artinya Qaradhawy tak pernah punya indikasi dalam statemen-statemennya untuk membela AS dan musuh-musuh Islam lainnya.
Menyimak fakta-fakta seperti itu, maka pencantuman nama Qaradhawy adalah tindakan tidak fair dan menyesatkan opini masyarakat. Memanipulasi fatwa dengan mengambilnya sepotong-sepotong untuk dimaknai yang tidak semestinya untuk membela kepentingan Amerika. Mereka bertujuan untuk membutakan pembaca terhadap aksi-aksi kejam AS di Afghanistan, Palestina, Irak, Iran, Afsel, dll. Prof. Noam Chomsky, seorang pakar linguistik dari MIT pernah mengomentari serangan AS ke Afghanistan bahwa itu merupakan tindakan terorisme yang lebih kejam dari serangan 11 September 2001.[7]
c. Hubungan Jawa Pos dengan Paham Islam Liberal
Koran Jawa Pos ternyata juga memiliki akses yang jika ditelusuri lagi sangat dekat dengan opini-opini bentukan Barat tentang ke-Islaman. Lihat saja rubrik ”Kajian Utan Kayu” di halaman 4 harian Jawa Pos yang terbit tiap Minggu sekitar pertengahan tahun 2001. Malah, pada bulan Ramadhan tahun itu, terbit tiap hari dengan tajuk ”Telaah Ramadhan”. Rubrik itu merupakan hasil kerja sama Kajian Islam Utan Kayu, Jakarta, dengan Jawa Pos dalam rangka kampanye Islam Liberal.
Perlu dijelaskan bahwa Islam Liberal adalah suatu paham yang mengaku beragama Islam namun mengadopsi pemikiran-pemikiran liberalisme ala Barat. Mereka tergabung dalam sebuah organisasi bernama Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebagian besar aktivis-aktivis mereka selalu “salah jurusan” dalam belajar mengenai Islam, karena mereka menimba ilmu Islam bukan di negara-negara Timur Tengah tapi malah ke Amerika Serikat. Bukan ke ulama-ulama yang menjadi rujukan Islam yang benar, tapi malah ke para pakar Filsafat Barat yang non-muslim dan bisa dipastikan kesesatannya.
Kedekatan Jawa Pos dengan Islam Liberal dengan maksud menyebarkan ajarannya memang sudah bukan rahasia lagi. Ketika sedang gencar-gencar wacana jihad dan terorisme diberedar di mana-mana, seringkali dalam berbagai kajiannya berusaha mempropagandakan bahwa Islam itu agama yang damai, toleran, tidak suka kekerasan, bersaudara dengan non-muslim bahkan dalam prakteknya mereka menjunjung tinggi martabat orang-orang non-muslim. Media massa seperti Jawa Pos ikut mengamini pendapat-pendapat seperti itu sebagaimana Majalah Tempo pada contoh kasus sebelumnya.
d. Dampak Lain Manipulasi dan Kontrol Media Barat
Sisi lain propaganda anti-Islam media-media massa Barat pasca tragedi 11 September adalah makin gencarnya aksi pelecehan terhadap simbol-simbol agama Islam, bukan hanya masalah Jihad. Mereka berusaha memperburuk wajah Islam di mata kalangan non-muslim dengan cara menghina ajaran Islam dan menjadikannya sebagai lelucon. Contoh nyata adalah banyaknya kartun/karikatur Nabi Muhammad saw. di berbagai situs internet milik Barat dan komik-komik yang melecehkan Jihad yang juga banyak ada di situs-situs mereka. Untungnya, pelecehan semacam itu justru memunculkan hasil yang sebaliknya bahkan justru kian meningkatkan ketertarikan sebagian publik Barat terhadap Islam. Propaganda anti-Islam media-media Barat ini tidak sepenuhnya melemahkan keimanan masyarakat muslim terhadap agamanya, tapi disisi lain malah memperkuat solidaritas umat Islam sendiri. Di mata dunia Islam, propaganda anti-Islam semacam itu merupakan bukti permusuhan Barat, khususnya Amerika Serikat terhadap masyarakat muslim. Berdasarkan hasil jajak pendapat beberapa tahun terakhir ini, tingkat kebencian masyarakat muslim di berbagai negara terhadap pemerintah AS semakin meningkat.
II. PENUTUP
Ternyata sadar atau tidak kita sadari, media Barat yang ditunggangi oleh kepentingan Yahudi telah banyak mempengaruhi media massa di Indonesia. Mereka ikut mengekor pada aksi-aksi manipulasi-manipulasi berita demi kepentingan-kepentingan tertentu. Bahkan tidak jarang melemparkan isu-isu dan fitnah yang kejam terhadap umat Islam. Semoga dengan analisis ini bisa memberikan manfaat dan pengetahuan bagi siapa saja yang mempelajari dan mengamati media massa. Yang mana media massa bisa saja digunakan untuk aksi-aksi manipulasi dan kontrol untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
III. DAFTAR PUSTAKA
As-Sahamrani, As’ad. Menyingkap Terorisme Dunia: Studi Literer-Empiris Atas Doktrin Ideologis Aksi Terorisme. Era
Intermedia, 2005.
Al Banna, Shofwan. Palestine: Emang Gue Pikirin?. Pro-You Media, Tanpa Tahun.
Dumyathi Bashori, Ahmad. Osama bin Laden Melawan Amerika. Mizan, 2000.
Husaini, Adian. Penyesatan Opini: Sebuah Rekayasa Mengubah Citra. Gema Insani, 2002.
Ridyasmara, Riski. Data dan Fakta Yahudi Di Indonesia: Era Reformasi. Pustaka Al-Kautsar, 2008.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah.
Situs :
www.eramuslim.com
www.soulpower.web.id
www.infopalestina.com
www.hidayatullah.com
[1] Penyesatan Opini: Sebuah Rekayasa Mengubah Citra, hlm. 8
[2] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bab “Homoseks”.
[3] Sebutan untuk orang non-muslim yang ada di bawah naungan negara Islam.
[4] Hadits riwayat Thabrani
[5] Paul Findley, Deliberate Deceptions-Facing the Facts about the US-Israeli Relationship (1993), hlm.236.
[6] www.eramuslim.com
[7] Koran Tempo, 12 Nopember 2001.

12 Februari 2012

Valentine's Day, Gak Keren..!!

JurnalGhurabba-Valentine day tinggal beberapa hari lagi. Banyak orang yang sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya demi menyambut hari yang katanya hari kasih sayang ini. Ada yang sudah menyiapkan kado Valentine bagi orang yang dikasihi semisal coklat, bunga, boneka atau bahkan parfum. Seolah-olah tanpa adanya kado berupa benda-benda di atas, ungkapan kasih sayang jadi kurang afdhol.

Ada juga orang-orang yang jauh hari sudah menyiapkan baju untuk menghabiskan momen Valentine bersama sang kekasih. Ada yang menicure pedicure (itu tuh, perawatan kuku yang ngabisin duit) di salon, ganti rambut model baru, mandi kembang tujuh rupa (ini mau Valentine-nan apa mau ke dukun ya, hehehe) dan macam-macam persiapan lainnya. Parahnya, ada juga yang menyiapkan kondom demi menyambut hari bernuansa pink ini. Waduh…mengarah ke gaul bebas nih.

Kota Medan pada moment Valentine tahun 2009, penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya adalah apotek-apotek yang mengaku bahwa sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Valentine Day. Dan ada beberapa apotek yang menegaskan bahwa dalam 24 jam sudah menjual sedikitnya 6 kotak kondom berisi 24 merek dan isi 13 kotak yang dibeli oleh pemuda remaja setiap mendekati pertengahan Februari. Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun.
...penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa.  Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun. Fenomena merebaknya perbuatan mesum ...
Fenomena merebaknya perbuatan mesum ini juga ditemukan di Thailand. Pihak kepolisian dan pemerintah langsung waspada ketika banyak poling yang menunjukkan hasil bahwa remaja memilih melakukan hubungan seks untuk merayakan Valentine day. Dalam hal ini pemerintah pun turun tangan dengan menyalakan semua lampu di taman-taman umum di malam Valentine. Para orang tua pun diminta untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak pulang terlalu malam. Polisi dan mereka yang peduli pendidikan remaja mengadakan razia ke motel-motel untuk mencegah terjadinya pesta seks di malam Valentine.
...See, ternyata perayaan V-day itu memang identik dengan maksiat. Masa iya sudah tahu fakta kayak begini, kamu masih mau ikut-ikutan merayakannya....
See, ternyata perayaan V-day itu memang identik dengan maksiat. Masa iya sudah tahu fakta kayak begini, kamu masih mau ikut-ikutan merayakannya. Tak ada gunanya kamu latah merayakan sesuatu yang tak ada tuntunannya dalam Islam. Asli, gak keren banget mereka yang merayakan V-day baik yang sekadar ikut-ikutan maupun yang merayakannya dengan penuh kesadaran. Maksudnya, masih ada saja orang-orang yang ‘ngeyel’ bahwa merayakan V-day itu bersifat universal dan tak ada hubungannya dengan seks bebas. Orang-orang inilah yang akan dengan gencar mengajak-ajak untuk merayakan V-day dengan penuh kesadaran meskipun menyesatkan.

Jadi, bagi remaja muslim cerdas dan berkualitas kayak kamu, pasti ogah banget bersikap latah dengan merayakan V-day ini. Kamu punya sikap. Kamu punya prinsip meskipun itu artinya harus berbeda dan berseberangan dengan pendapat dan sikap yang diambil mayoritas remaja. Biar saja! Toh, masing-masing diri akan memikul amal masing-masing di yaumul hisab nanti. Tak pernah ada ruginya tak ikut perayaan V-day. Tapi sebaliknya, bakalan menyesal mereka yang tasyabbuh (meniru-niru) kaum kafir dalam perayaannya.

Remaja muslim yang cerdas pastilah bisa menyikapi dengan bijak fenomena V-day dengan segala bentuk kemaksiatannya ini. So, perayaan V-day? Gak keren, coy! [ria fariana/voa-islam.com]

2 Februari 2012

KAFIR TANPA SADAR

JurnalGhurabba- Dr. Khalid bin Abdurrahman al-Juraysi ditanya, “Apakah garis pemisah di antara kufur dan islam? Apakah orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat kemudian melakukan perbuatan yang bertentangan dengannya masuk dalam golongan kaum muslimin, sekalipun ia tetap shalat dan puasa?”
Maka beliau menjawab, “Garis pemisah di antara kufur dan islam adalah: mengucapkan dua kalimah syahadat dengan benar dan ikhlas dan mengamalkan tuntutan keduanya.

Maka barangsiapa yang terealisasi hal itu padanya maka dia seorang muslim yang beriman. Adapun orang yang munafik, maka dia tidak jujur dan tidak ikhlas maka dia bukanlah seorang mukmin. Demikian pula orang yang mengucapkan dua kalimah syahadat dan melakukan perbuatan syirik yang bertentangan dengan keduanya, seperti orang yang meminta tolong kepada orang yang sudah meninggal di saat susah atau senang, orang yang lebih mengutamakan hukum-hukum positif (buatan manusia) di atas hukum yang diturunkan Allah, orang yang mengolok-olok al-Qur`an atau yang shahih dari sunnah Rasulullah maka dia adalah kafir, sekalipun ia mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat dan puasa.”



Artinya, tidak setiap muslim adalah mu’min. Seseorang bisa saja telah berislam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, namun statusnya tidak dengan serta merta menjadi orang beriman. Bisa jadi hatinya ingkar sehingga ia termasuk ke dalam golongan orang-orang munafiq; bisa jadi hatinya tidak ingkar, namun ia termasuk ke dalam golongan orang yang banyak bermaksiat (
fajir/ fasiq). Bahkan, bisa jadi ia telah beriman pada pagi hari, namun pada sore hari ia melakukan suatu hal, baik itu amalan hati maupun amalan fisik yang menyebabkan ia keluar dari Islam.

Seperti seorang yang sedang shalat dengan khusyu’, namun di pertengahan shalatnya ia tidak sengaja menelan sisa makanan yang masih ada di mulutnya, sedangkan ia meneruskan shalatnya, padahal shalatnya telah batal. Rasulullah bersabda, “
Bersegeralah beramal sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap gulita. Seseorang pada waktu pagi beriman dan pada waktu sore kafir, dan pada waktu sore beriman dan pada waktu pagi kafir. Dia menjual diinnya dengan harta dunia.” (HR. Muslim)

Orang yang keluar dari Islam setelah beriman disebut murtad. Murtadnya seseorang bisa lebih cepat dari masuknya. Karenanya hari ini begitu banyak orang yang mengaku berilmu namun tidak mengerti laa ilaaha illallah. Mereka menganggap semua yang mengucapkannya sebagai orang Islam, meskipun ia melakukan kekufuran yang terang, yang perkataan ataupun perbuatannya tersebut tidak bisa didefinisikan lain kecuali kekufuran. Allah telah melaknat orang-orang yang murtad dari diin ini (QS. 2: 217) dan Rasulullah Muhammad telah menegaskan dalam haditsnya bahwa seseorang yang murtad, maka ia wajib dibunuh.


Iman, sebagaimana ibadah mahdhah yang wajib ditegakkan rukun-rukunnya agar sempurna dan terpenuhi syarat-syaratnya agar sah ibadah tersebut, namun hanya memerlukan satu pembatal saja untuk mengugurkannya. Iman adalah keyakinan, ucapan, dan perbuatan. Maka, pembatal iman pun bisa datang dari pintu ucapan, keyakinan, atau perbuatan.


Berdasarkan kesepakatan ‘ulama, dalam kitab-kitab aqidah dan tauhid, disebutkan hal-hal yang dapat membatalkan keislaman di antaranya adalah.


  1. Syirik
  2. Murtad
  3. Tidak mengkafirkan orang kafir atau ragu akan kekafiran mereka
  4. Meyakini kebenaran hukum thaghut
  5. Membenci sunnah Rasul, meskipun diamalkan
  6. Mengolok-ngolok agama
  7. Sihir
  8. Menolong orang kafir untuk memerangi kaum muslimin
  9. Meyakini bolehnya keluar dari syariat Allah
  10. Tidak mau mempelajari dan mengamalkan agama

Namun demikian, yang akan dibahas di sini bukanlah merinci satu demi satu hal di atas, kami lebih menegaskan akan bahaya penyebab kekafiran yang dapat masuk dari hati, lisan, dan tindakan. Sedangkan penjelasan yang lebih rinci mengenai hal yang telah disebutkan di atas dapat dilihat pada kitab-kitab aqidah dan tauhid seperti Kitab I’laamul Muwaqi’iin Syaikh Ibn al Qayyim al Jawziyyah, Kutub at Tauhid dan Kasyfusy Syubuhat Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab, Kitab Nawaaqidh al Islam Syaikh Ibn Bazz, Aqidah at Tauhid Syaikh Shalih Fauzan al Fauzan, Kitab Al Iman Syaikh al Islam Ibn Taymiyyah, Iman dan Kufur Syaikh Sayyid Imam dll. Dalil dalam al Quran dan as Sunnah pun mudah sekali dijumpai untuk menegaskan kesepuluh pembatak keislaman tersebut.
Pembahasan kali ini dikhususkan kepada penegasan bahwa kufur murtad dapat terjadi – selain karena amalan hati, berupa juhd (ingkar), radd (penolakan), istihlal (penghalalan), takdzib (pendustaan), dll – juga dapat terjadi karena ucapan dan tindakan, terlepas ia meyakini ucapannya atau tidak, terlepas ia mengingkari ucapannya atau tidak.
  1. Kufr karena amalan hati (i’tiqadi)
Seseorang dapat murtad dari jalur amalan hati saat dirinya meyakini hal-hal yang seharusnya diingkari (QS. 9:45, 64, 74), dan ini disepakati oleh para ulama ahlus Sunnah. Tidak ada satupun yang menentang pintu masuknya kekufuran dari hati. Adapun beberapa contoh yang berkaitan dengan hal ini adalah:
  1. meyakini adanya arbaab, aalihah, atau andaad selain Allah;
  2. mencintai sesuatu sama atau lebih besar dari Allah;
  3. meyakini adanya nabi setelah Rasulullah Muhammad;
  4. meyakini bahwa orang di luar Islam akan masuk syurga dengan perbuatan baiknya;
  5. meyakini bahwa ada al haqq di luar Islam (pluralism);
  6. mengakui dan ridha terhadap hukum thahgut, yakni hukum buatan manusia;
  7. serta meyakini tindakan-tindakan kekafiran lainnya walaupun ia tidak mengucapkan atau melakukannya.
Di hadapan manusia ia mungkin diperlakukan seperti seorang muslim, karena kekufurannya tidak terlihat, namun di hadapan Allah ia telah kafir murtad. Sedangkan penolakan dan keraguan yang dapat menyebabkan kekafiran adalah
  1. menolak dan meragukan kebenaran, hukum, syariat, perintah yang datang dari Allah dan rasul-Nya, walaupun ia tetap mengamalkannya;
  2. menolak rukun Iman dan rukun Islam, meragukan hari kiamat, syurga, dan neraka;
  3. meragukan kebenaran al Quran dan membenci sunnah;
  4. meragukan kekafiran orang-orang yang jelas-jelas kafir
  5. Inti dari penyakit ini adalah menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah (istihlal), walaupun ia tidak mengatakan atau melaksanakannya, mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah (juhd/ radd), walaupun ia tetap melaksanakannya.

          2. Kufr karena ucapan dan tindakan

Beberapa ulama masa kini tidak menyatakan kafir terhadap orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kekafiran selama hati mereka tetap tenang dalam keimanan. Padahal, siapa yang tahu isi hati kecuali Allah dan dirinya sendiri. Sabda Rasulullah, “
Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk membelah qalbu manusia.” (HR. Bukhari). Sebagian lagi membatasi bahwa seseorang dapat kafir melalui pintu tindakan saat ia meninggalkan shalat dan zakat, sedangkan perbuatan dosa yang lainnya tidak menyebabkan seorang menjadi kafir.

Sebagian lagi berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi kafir dari pintu ucapan dan perbuatan bukan karena ucapa dan perbuatannya itu sendiri, melainkan karena ucapan dan perbuatan tersebut mengindikasikan adanya kekufuran di dalam hati, dan ia menjadi kafir. Padahal, sekali lagi, tidak ada yang mengetahui isi hati seseorang. Walaupun pendapat ini lebih baik daripada pendapat sebelumnya yang hanya membatasi kekafiran pada i’tiqad saja, namun tetap saja ini bukanlah pendapat yang benar.



Ahlus Sunnah berpendapat bahwa ucapan dan perbuatan adalah hukum bukan sebab terjadinya hukum. Maka, seseorang bisa kufur karena ucapan atau perbuatan yang tidak bisa ditafsirkan kecuali bahwa itu adalah kata-kata atau perbuatan yang dapat menyebabkan dirinya kafir, terlepas apakah hatinya meyakini atau tidak apa yang ia ucapkan atau lakukan; serius atau bergurau (dengan maksud mengolok-olok). Selama tidak ada paksaan (
ikrah) dan dalam keadaan sadar, maka kata-kata tersebut dapat menyebabkan seseorang kafir murtad (QS. 9: 55-56, 74, 80; 18: 103-105; 49: 2; 7: 30). Ini merupakan pendapat jumhur ‘ulama, baik madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hanbali.
Beberapa perkataan yang dapat menyebabkan seseorang menjadi kafir adalah.
  1. Berkata “kafir” kepada orang yang masih jelas keislamannya atau seorang yang tidak terlihat kekafirannya,
  2. mengatakan bahwa Isa dan Uzair anak Allah,
  3. mengatakan hal-hal yang memperolok-olok agama Allah,
  4. mengatakan bahwa dirinya keluar dari Islam,
  5. menghina Allah dan rasul-Nya,
  6. menghujat al Quran dan kebenaran yang terkandung di dalamnya,
  7. serta kata-kata kekufuran lainnya.

Sedangkan beberapa contoh tindakan yang dapat membuat seseorang menjadi kafir di antaranya adalah.
  1. Berdoa kepada selain Allah, atau menggunakan perantara dalam berdoa kepada Allah seperti kaum musyrikin Makkah,
  2. Melakukan peribadahan dan adat kebiasaan orang-orang kafir, misal: merayakan natal, tahun baru masehi, hari valentine, dan kebiasaan-kebiasaan kaum kuffar lainnya, karena hal ini merupakan tasyabbuh dalam hal ashlul iman (pokok-pokok iman),
  3. Meninggalkan Shalat atau Zakat dengan sengaja,
  4. Membantu orang-orang kafir dalam memerangi Islam dan mujahidin,
  5. Tidak berhukum kepada al Quran dan memilih berhukum kepada thaghut (hukum buatan manusia),
  6. Bermudhahanah dan sekaligus taat kepada penguasa yang memusuhi Islam,
  7. Membuang mushaf ke kotoran, melempar-lemparnya, atau membakarnya,
  8. Wala terhadap orang-orang kafir; Bara’ terhadap orang mu’min,
  9. Berpaling dari ajaran Allah, dll.

Demikianlah, bahwa Iman yang ditegakkan dengan ikrar, tashdiq, dan amal secara bersamaan sebagai syarat sahnya, namun hanya perlu satu pintu saja untuk membatalkannya. Karenanya, berhati-hatilah dalam berprasangka, berkata, dan bertindak, agar kita tidak terjebak dan pada akhirnya kafir, amalan kita menjadi sia-sia karena Allah telah menghapus seluruh amalan kita, namun kita tidak menyadarinya. Begitu banyak orang-orang yang dikafirkan oleh Allah padahal hati mereka tidak seperti apa yang nampak, namun karena mereka teleh menampakkan perkataan dan perbuatan kekufuran, maka mereka pun kafir di hadapan Allah (dan di hadapan manusia), padahal mereka tidak menyadarinya.
“…agar tidak terhapus amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadarinya.” (QS. 49:2)…

Wallahu a’lam

Al Faqir IlaLlah


الفضل بن زين العبدين
 

Maraji’


Dr. Fadhl Abdul Qadir ibn Adbul Aziz, Kafir Tanpa Sadar

Dr. Fadhl Abdul Qadir ibn Adbul Aziz, Tathbiq Syar’i
Dr. Sayyid Imam, Iman dan Kufur
Syaikh Abdul Mun’im Abu Basheer, Pokok-Pokok Aqidah Muslim
Syaikh Abdul Mun’im Abu Basheer, Qawaaidh fii Takfir
Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi, Mewaspadi Sikap Ekstrem dalam Mengkafirkan Orang
Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi, Salah Kaprah Salafy; Membongkar Syubhat Murji’ah Masa Kini
Syaikh Sayyid Quthb, Petunjuk Jalan
Syaikh Sulaiman Nashir al ‘Ulwan dan Syaikh Safar al Hawali, Awas! Terjebak Murtad
Ustadz Abu Jabir, Ceramah Iman dan Kufr

Sumber : http://nur-muslim.blogspot.com/2011/08/kufur-setelah-beriman.html