JurnalGhurabba-Waktu waktu terus berjalan detik pun terus berputar . Ku perhatikan sekitar ternyata ada diantara kita yang tlah menyerah dalam menapaki jalan Allah ini dan ada pula yang terus bersemangat . Tidak bisa di pungkiri bahwa kita hidup diakhir Zaman , di Zaman yang penuh fitnah dan penuh cobaan . Iman kita yang selalu kita jaga selalu terkotori oleh perilaku jahil manusia . tetapi, dibalik ini semua jika kita coba perhatikan dan sedikit merenung sejenak bahwa zaman ini adalah kesempatan untuk kita membuktikan kepada Allah SWT tentang kebenaran Ke-Imanan kita padaNya.
Sabar dan amal shalih yang terus kita lakukan yang semata semata hanya mengharapkan Ridha dan JannahNya pasti akan berbuah manis untuk hidup kita. yang terpenting dari ini semua sebenarnya kita janganlah terlau fokus dan sedih melihat gambaran Jahil disekitar kita , yang terpenting adalah bagaimana kita terus menjaga diri agar tidak keluar dari jalan lurus ini , dengan terus menggenggam nilai-nilai Islam dengan telapak Tangan kita sekuat sekuatnya . Hingga nanti Allah mematikan kita dan menempatkan kita dalam ketingkat yang tertinggi dalam JannahNya. Terakhir , saya akan menulis Pesan dari Alm.Ust. Rahmat Abdullah yang mudah mudahan akan membuat kita terus bersemangat dalam menapaki jalan lurus ini .
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(Almarhum Ustad Rahmat Abdullah)
Wallahu 'Alam Bishowab
Penulis : Aldo Kahfi
Entri Populer
-
JurnalGhurabba - Ikhwani wa akhawtii fillah Rahimakumullah. Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mengatakan bahwa: “Iman itu adalah Ucapan dan perbua...
-
Di dalam Risalah Tabukiyah , Imam Ibnul Qoyyim membagi hijrah menjadi 2 macam. Pertama, hijrah dengan hati menuju Alloh dan Rosul-Nya. Hijra...
6 Oktober 2012
27 Juli 2012
MUHASABBAH TUJUAN PUASA RAMADHAN KITA
JurnalGhurabba -I khwah
Fillah.. Setelah kita mengetahui bahwa wajibnya berpuasa bagi orang
orang yang ber-Iman dibulan Ramdhan ini , kita juga harus mengetahui apa
tujuan dari puasa Ramadhan kita tersebut.. sebagai mana Firman-Nya yang
sudah masyur sekali dalam Surah Al-Baqarah Ayat 183 Allah Subhan
Wata’ala berfirman,yang artinya :
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, “ .
Ikhwah.. dari ayat diatas,jelas bahwa tujuan kita berpuasa itu hanyalah
agar kita menjadi orang yang ber-TAQWA kepada Allah . kita dituntut
selama 1 bulan penuh hanyalah untuk mendapat title itu dalam hidup kita .
nah.. itulah tujuan kita berpuasa Ramadhan.
Berapa banyak
disekitar kita lihat banyak orang yg berpuasa tetapi tidak mengetahui
apa tujuan dari puasa ia tersebut . dalam berpuasa nya mereka masih
berkata palsu (bohong) , mereka melakukan perbuatan yang sia sia dan
kotor dan melakukan ibadah puasanya tanpa didasari keinginan untuk
menjadi orang yg bertaqwa . sungguh merugilah orang-orang seperti
itu,mereka berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja tidak berfaidah
untuk diri dan Ke-Imanan-nya kepada Allah. sebagaimana Sabda Nabi
Muhammad Shalallahi ‘Alaihi Wassalam : “Betapa banyak orang yang
berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa
lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak
mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084
mengatakan bahwahadist ini shohih ligoirihi -yaitu shohih dilihat dari
jalur lainnya.
Sungguh sangat disayangkan sekali orang yang berpuasa
hanya mendapat lapar dan haus saja padahal dibulan ini lah kesempatan
kita untuk menjadi orang yang bertaqwa karena Taqwa itu adalah kewajiban
bagi seorang muslim yang harus dijalankan, karena Allah sudah memberi
peringatan kepada kita bahwa janganlah kita mati sedang kita dalam
keadaan Muslim dan itu hanyalah didapat dengan kita bertaqwa kepada
Allah, sebagaiman Firman-Nya,yang artinya : “Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS.Ali-Imran : 102 ) . Apalah arti hidup yang singkat ini tanpa kita
landasi dengan ketaqwaan kepada Allah .
Dalam risalah yang singkat
ini , marilah kita sama sama ber-muhasabbah diri terhadap puasa kita
agar puasa dibulan Ramadhan kali ini tidak sia sia agar setelah Ramadhan
kita menjadi orang yang berTaqwa kepada Allah , taqwa dalam arti kita
menjalankan semua perintah Allah,Tunduk pada aturan aturan-Nya serta
meninggalkan segala Larangan-Nya. Sehingga setelah Ramadhan kita dari
yang berakhlak Mazmumah menjadiAkhlakul karimah, kita menjadi sering
Shalat di Masjid dan gemar sekali melakukan amal Shalih.
Barakallahifiik.. Wallahu ‘Alam Bishowab
Penulis : Aldo Kahfi
21 Juli 2012
Jaddidu imanakum (Perbaharui Iman Kalian)
JurnalGhurabba- Ikhwani wa akhawtii fillah Rahimakumullah.
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mengatakan bahwa: “Iman itu adalah Ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.” [Imam Al Bukhari]
Maka kemuliaan dan keterpujiaan seseorang berkaitan erat dengan kesungguhannya dalam menambah dan meningkatkan iman. Dan perkara yang paling berpotensi menambah dan menguatkan iman adalah ‘ILMU’, kemudian AMAL SHALEH dan ZIKRULLAH. Maka tiap kali seorang hamba menambah ilmu dan amal solehnya berarti dia sedang memperbaharui imannya dan inilah yang dimaksud oleh hadits Rasulullah Saw dalam sabdanya:
“Perbaharuilah iman kamu, beliau ditanya: “bagaimana kami memperbaharui iman kami, beliau menjawab: “perbanyaklah mengucapkan kalimat laa Ilaha Illallah. “ [HR. Ahmad : 8944 dan Al Hakim : 7766]
Allah Swt berfirman yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu dengan Allah dan Rasul Nya dan dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu…….!” [QS. An Nisa' : 136]
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Ayat ini tidak terkait dengan tahsil al hashil (yakin agar mereka beriman; karena mereka memang sudah ada pada orang-orang mukmin), tetapi terkait dengan takmil al kamil (yakin agar mereka mempunyai iman bertambah diatas yang sudah ada). Jadi dengan mudah dan sederhana hadits diatas menjadi tafsiran bagi ayat yang sedang dikaji ini.
Perbaharuan iman sangatlah penting bagi setiap muslim, apalagi para aktivis dakwah dan para Mujahid fiesabilillah. Sebabnya ialah kesibukan rutinitas, sering kali didapati kesibukan dalam menjalankan tugas-tugas dakwah, ditambah lagi kesibukan mencari nafkah atau mengurus rumah tangga, para aktivis dakwah dan mujahid tidak sempat lagi “megurusi” Qalbunya (hatinya). Tahu-tahu qolbunya sudah “hitam pekat”; dipenuhi dengan noda akibat dosa-dosa kecil ataupun berbagai kelalaian yang tidak terasa sering ia lakukan.
Dari Abu Hurairah Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya orang mukmin apabila melakukan suatu dosa terbentuklah bintik hitam didalam hatinya. Apabila ia bertaubat, kemudian menghentikan dosa-dosanya dan beristighfar bersihlah daripadanya bintik hitam itu. Dan apabila dia terus melakukan dosa bertambahlah bintik hitam pada hatinya sehingga tertutuplah seluruh hatinya, itulah karat yang disebut Allah didalam kitabnya: “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang mereka usahakan telah menutup hati mereka.” [QS. Al Mutaffifin : 14]. [HR. Al Baihaqi]
Kata Imam al Ghazali, Qalbu itu ibarat cermin. Saat seseorang melakukan dosa/maksiat, maka ada satu nukhtoh hitam menodai Qalbunya. Semakin banyak dosa, semakin banyak nutoh itu menutupi Qalbunya. Jka sudah tertutupi banyak nukhtoh hitam, Qalbu yang ibarat cermin itu tidak bisa lagi digunakan untuk bercermin; untuk “mengaca diri” dan mengevaluasi diri. Saat demikian, kepekaan spiritual biasanya, akan lenyap dari dirinya. Jika sudah seprti itu, jangankan dosa kecil, apalagi sekadar berbuat makruh dan melakukan banyak hal mubah yang melalaikan, dosa besar sekalipun tidak lagi dianggap besar. Jangankan meninggalkan hal sunnah, meninggalkan kewaibanpun sudah dianggap biasa. Pasalnya, kepekaan Qalbunya nyaris hilang; tidak lagi mampu mendeteksi dosa, apalagi dosa yang dianggap kecil.
Padahal, lihatlah kepekaan Abu Utsman An Naisaburi. Suatu saat, pernah sandalnya putus dalam perjalanannya untuk shalat jum’at dan ia butuh waktu satu jam untuk memperbaikinya. Lalu ia berkata, “Sandal ini putus mungkin karena aku tidak mandi hari jum’at.”
Seorang generasi salaf juga pernah berkata, “Aku pernah mengnggap sepele sesuap makanan (yang syubhat), lalu aku memakannya. Sekarang, aku seperti kembali ke empat puluh tahun yang lalu.”
Demikianlah. Maksiat itu tidak jarang melahirkan maksiat yang lain. Jika maksiat sering dikerjakan maka terjadilah akumulasi maksiat. Dosa-dosa kecilpun akhirnya menjadi besar.
Pengabaian perkara ini secara berturt-turut tanpa penanganan serius sering menjadikan aktivis dakwah dan jihad berkurang kadar “keimanan” dan amal-amal batiniyahnya, semisal ikhlas. Bahkan amaliah batin lainnya – seperti jujur, yakin, zuhud, tawakkal, takut, taubat, berserah diri dan cinta kepada Allah Swt – mungkin juga hilang dari dirinya. Semua itu sering terjadi karena ia mengabaikan Qalbunya dalam kondisi demikian, boleh jadi seorang aktivis dakwah menjadi hanya banyak berkata-kata yang tidak berguna, makan secara berlebihan, berinteraksi dengan orang lain bukan demi kemaslahatan dakwah dan jihad, banyak tidur dan bermalas-malasan, menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak ada faedahnya-meski pun mungkin tidak melakukan perkara yang haram atau makruh dan syubhat.
Akibat lanjutannya, nuansa spiritual hilang dari kehidupannya. Dakwahnya terjebak dalam rutinitas. Pengaruhnya tak lagi membekas. Kata-katanya kering dari nilai ruhaniyah. Retorikanya tak lagi menggugah, apalagi mendorong orang untuk segera menjemput hidayah dan bertaqorrub kepada Allah. Bahkan tidak jarang, ghirah dakwahnya menurun dan himmahnya pun tak lagi menyala-nyala; sedikit demi sedikit meredup hinga akhirnya padam.
Seorang aktivis dakwah yang mengalami hal-hal semacam itu tentu tidak boleh terlena dan berdiam diri. Ia harus segera bangkit dan memperbaharui imannya.
Banyak sarana yang bias digunakan untuk memperbaharui iman. Sekadar contoh; ziarah kubur; mengunjungi orang-orang shalih, orang-orang bertakwa, ulama terpercaya, para mujahid dan orang-orang ikhlas; membaca sekaligus menyilami sirah generasi salaf, para ahli ibadah, orang-orang zuhud, para mujahid, para pembela kebenaran, orang-orang sabar dan orang-orang bersyukur; meningkatkan porsi ibadah; menyendiri (ber-khalwat) setiap hari atau dari waktu kewaktu walaupun Cuma sebentar; memperbanyak khatam Al Qur’an, berdoa, qiyamullail, bersedekah lebih banyak dari pada sebelumnya; dsb.
Membaca biografi mujahid seperti Khalid bin al-Walid, misalnya, akan mampu membuat seorang aktivis dakwah meremehkan dunia, syahwat dan kenikmatannya yang bersifat sesaat; membuat dirinya selalu mencintai kematian, tentu di jalan kemuliaan.
Membaca biografi orang-orang zuhud dan shaleh akan menumbuhkan kezuhudan dan kesalihan dalam Qalbunya. Membaca biografi para ahli ibadah akan mampu mendidik jiwa untuk gemar melakukan qiyamullail, shaum sunnah, zikir, berdo’a, khusyuk dan menangis karena takut Allah Swt. Membaca biografi orang-orang yang gemar bertobat dapat menumbuhkan benih-benih tobat dalam Qalbunya; juga membuka kran-kran air mata penyesalan pada dirinya yang tadi tidak kenal menangis karena takut Allah Swt.
Saran lain untuk memperbaharui iman adalah menyendiri (ber-khalwat) dengan dirinya sendiri; di luar qiyamullail, zikir dan membaca Al Qur’an. Disebutkan dalam salah satu atsar bahwa orang berakal mempunyai empat waktu. Salah satunya ialah saat ia menyendiri. (khalwat).
Ber-khalwat sangat urgen bagi aktivis dakwah. Dengan ber-khalwat ia dapat ‘berduaan’ dengan Allah Swt, damai dan dekat dengan-Nya. Dengan ber-khalwat aktivis islam juga dapat mengevaluasi dirinya. Ketika ber-khalwat ia ingat akan dosa-dosa sekaligus menumpahkan air mata penyesalan dan tobat kepada-Nya; malu, cinta dan tunduk kepada kebesaran-Nya.
Semua upaya itu, insya Allah, akan mengembalikan kepekaan spiritual dalam diri seorang aktivis dakwah. Karena setiap waktu imannya adalah iman yang selalu baru; iman yang semakin menghujam dalam Qalbu.
Wama taufiqi illa billah.
Oleh Ust. Abu Jibriel Abdurrahman
Sumber : http://abujibriel.com/2009/04/jaddidu-imanakum-perbaharui-iman-kalian/
1 April 2012
Berhijrahnya Seorang Anak Band dan Pemain Bola
JurnalGhurabba - Rabu 28 Maret 2012 seperti biasa
saya melakukan aktivitas saya sebagai seorang pelajar saya datang dengan ke sekolah dengan wajah
yang cerah dan badan yang cukup sakit sakit , sebab semalam saya tidur Cuma 4
jam saja,saya berjalan terus berjalan melihat keindahan pagi hari melihat tanda
tanda kebesaran Allah swt . sesampai disekolah saya mengkitu pelajaran demi pelajaran, sampailah pada pertengahan
hari , pada saat itu tidak guru yang
mengisi pelajaran dikelas saya , seperti biasa jika tidak ada guru yang mengisi
pelajaran saya manfaatkan waktu itu dengan berdiskusi bersama teman saya ,
kebutulan teman yg saya ajak diskusi pada saat itu adalah si A , ya saya sudah berteman dengan
si A dari saya duduk dibangku SMP , dia juga teman seperjuangan saya sewaktu
saya nge band dulu. Bermulai dari disikusi tentang kenyataan umat islam saat
ini hingga dalam diskusi itu saya menceritakan masa lalu saya hingga saat ini.
“ iya khi, ana sampai saat ini tak
pernah menyangka bias seperti ini sekarang , dulu yang ana adalah seorang
pemain bola dan anak band sejati ,dan pernah berfikir bahwa mustahil sekali
jika ana meninggalkan kedua dunia itu. Semua itu berawal dari ana mempunyai
tekad ketika kenaikan kelas khi, anak ingin berubah menjadi yg baik lagi,
mencoba me manage waktu dengan baik antara bermain bola,sekolah,dan nge
band. semua itu ana coba jalani dengan
baik,dan Alhamdulillah berjalanlah
dengan baik sampai suatu waktu dimana klub bola menginginkan saya untuk lebih
focus bermain bola karena klub ana ingin
mencari pemain yg benar benar serius . wah.. pada saat itu ana bingung super
bingung , gimana ini .. disisi lain saya ingin sekali memenuhi permintaan
pelatih ana itu disisi lain juga ana juga gak mungkin memburbarkan band ana
yang udah ana bangun selama 1 tahun itu. Bingung dan bingung, akhirnya bulan
Ramadhan pun tiba sebelum itu akhirnya ana menyaggupi permintaan itu, dengan
berkata dalam diri ana, biarlah semua mengalir apa adanya . pada saat bulan
Ramdhan ana full tidak latihan bola dan juga nge band , awalnya ana gabung pada
jama’ah masjid yang ada dirumah ana , tadarusan,solat tarawih berjamaah
mengikuti kajian pun ana ikuti.. kualitas
ibadah ana itu pun lebih meningkat dari pada seblum Ramadhan.. hati ana seperti
dicuci oleh deterjen wah.. indah sekali rasanya dekat dengan Allah, mengaji ,
Solat Taraweh,Berkupul bersama prang orang soleh.. rasanya semua masalah hilang
begitu saja . ana coba mempelajari Al-qur’an sdikit demi sedikit saya bca
terjemahan Al’Qur’an. Dan saya sempat menangis, Ya Allah ternyata selama ini
saya sudah berjalan dijalan yg salah.. keinginan berubah ana itu ana jalani
seiring hidayah Allah yg masuk dalam hati ana .. ana mulai membaca buka buku
tentang Agama Islam , sekali ya Allah ternyata ana sadar ternyta selama ini ana
berjlan di jalan yg salah. Terus dan terus ana belajar Agama islam . selain
belajar ana juga sering dapat nasihat dari teman teman jamaah saya telaah
nasihat itu.. Subhanallah.. Ampuni kesalahan aku ya Allah.. bulan Ramdhan pun
berlalu tibalah lebaran pada saat itu
ana sudah merasakan perubahaan dalam diri ana , ana sudah mulai bias membedakan
tentang kehidupan yg bebas dan yang islami. Keinginan ingin merubah perjalanan
teman2 ana yg dahulu pun ada di benak anak , hati ini seakan terpanggil.
Hingga suatu hari ana beranikan
diri bilang ke orang tua ana untuk memutuskan berhenti dari dunia bola dan mau
focus belajar . dengan perasaan yg cukup
kesal akhirnya ortu ana pun mengerti kemauan ana ini. Waktu terus berjalan.. pada
akhirnya ana memutuskan juga untuk mengakhiri diri dari dunia band, ana
menguhubingi salah satu bassis band ana waktu itu. Setelah rapat akhirnya
teman2 meneriman keputusan ana ini, ana lupa tepatnya tanggal dan hari apa band
ana bubar .Band dan bola sudah ana tinggalkan , sekrang tinggal apa?
Ya,sekarang saatnya menuntut ilmu , menigkatkan kualitas iman dan berdakwah.
Seperti yang antum tahu sendiri khi, sekrang aktivitas ana
gimana.. ana sekarang hanya bias
bersyukur pada Allah dengan rasa syukur yg mendalam yang mana Allah telah
menyelamatkan ana dari kekufuran. Sampai saat
ini ana masih suka sedih khi, kalau ingat perjuangan bokap dalam
mendukung ana untuk menjadi pemain b ola,ana suka sedih kalau mengingat perjuangan
bokap tapi ya inilah jalan yg ana tempuh sekarang, sekarang yg terpenting bukan
memikirkan kita dimasa lalu, tapi memikirkan kita dimasa depan yaitu akhirat“
diskusi saya dengan si A pun berakhir , oh ya si A ini juga Alhamdulillah sudah
berhijrah sama seperti saya dan juga ada bebera[a teman2 saya yg sudah
meninggalkan kehidupan bodohnya. ya
Allah.. ampuni kesalahan ku dan ya Allah hanya padaMu aku gantungkan doa dan
ikhtiar niat untuk selalu berjalan dalam syariatMu..
(Muhammad Novaldo Kahfi)
13 Maret 2012
Beginilah Cara Mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
JurnalGhurabba- Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam termasuk ushul iman (pokok keimanan) yang bergandengan dengan cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Allah telah menyebutkannya dalam satu ayat dengan menyertakan ancaman
bagi orang yang lebih mendahulukan kecintaan kepada kerabat, harta,
negara serta lainnya daripada cinta kepada keduanya.
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ إِنْ
كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ
كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ
اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
"Katakanlah: "Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. Al-Taubah: 24)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di dalam Tafsirnya Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsiir Kalaam al-Mannan
berkata, "Dan ayat yang mulia ini adalah dalil paling agung menunjukkan
wajibnya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendahulukannya atas kecintaan
segala sesuatu. Juga menunjukkan ancaman keras dan kebencian sangat atas
orang yang lebih mencintai salah satu dari yang telah disebutkan
daripada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya."
Kemudian Syaikh Sa'di menyebutkan
tanda-tandanya, "Adalah apabila hadir padanya dua perkara yang
bertentangan. Salah satunya dicintai Allah dan Rasul-Nya dan tidak
disukai oleh jiwanya. Sementara yang lain disukai dan diinginkan oleh
jiwanya. Tapi ia mengesampingkan apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Atau ia menguranginya. Maka jika ia mengutamakan apa yang disuka oleh
nafsunya atas apa yang Allah cintai, hal itu menunjukkan bahwa ia
berlaku zalim dan meninggalkan apa diwajibkan atasnya."
Keimanan seorang muslim tidak akan sempurna kecuali dengan mencintai utusan Allah kepada mereka, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Bahkan, tidak sah imannya kecuali dengan lebih menghormati kedudukan
beliau daripada ayahnya, anaknya, dan orang telah berbuat baik dan
membantunya. Siapa yang tidak memiliki aqidah seperti ini, maka bukan
seorang mukmin.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak sempurna iman salah seorang
di antara kalian, sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya,
orangtuanya, dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibnu Baththal, makna hadits ini adalah orang yang sempurna imannya pasti tahu bahwa hak Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lebih utama baginya daripada hak bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia. Karena melalui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kita terselamatkan dari neraka dan diselamatkan dari kesesatan.
Bahkan, tidak sah imannya kecuali dengan
lebih menghormati kedudukan beliau daripada ayahnya, anaknya, dan orang
telah berbuat baik dan membantunya. Maka Siapa yang tidak memiliki
aqidah seperti ini, maka bukan seorang mukmin.
Ketika Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menggambarkan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan menempatkan posisi cintanya kepada beliau di bawah kecintaannya terhadap dirinya sendiri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menafikan kesempurnaan imannya hingga dia menjadikan cintanya kepada beliau di atas segala-galanya.
Maka wajib mendahulukan dan mengutamakan kecintaan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
atas kecintaan kepada diri sendiri, anak, kerabat, keluarga, harta, dan
tempat tinggal serta segala sesuatu yang sangat dicintai manusia.
Memang setiap orang berhak untuk mengklaim dirinya sebagai pencinta Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
namun klaim tersebut tidak akan bermanfaat jika tidak dibuktikan dengan
ittiba’ (mengikuti sunnahnya), taat dan berpegang teguh pada
petunjuknya. Karena berittiba' kepada beliau merupakan tuntutan dari
keyakinan bahwa beliau adalah utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Beliau dijadikan sebagai suri teladan yang harus ditiru, dicontoh, dan diikuti dalam perjalann untuk ke surga.
Allah Ta'ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الآخِر
"Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah." (QS. al-Ahzab: 21)
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan
agar mengambil setiap yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam berikan
dari urusan dien ini dan meningalkan apa yang beliau larang.
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr: 7)
Hal tersebut karena beliau tidak berbicara tanpa bimbingan wahyu dan menuruti hawan nafsu, "Dan
tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)," QS. Al-Najm: 3-4)
Sehingga seorang pecinta Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
akan membenarkan setiap yang beliau beritakan, mentaati apa yang beliau
perintahkan, meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidak beribadah
kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkannya.
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)
Jujurnya orang yang beriman kepada
Allah, mengharapkan kecintaan dan ridha-Nya serta dimasukkan ke
surga-Nya adalah dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
dalam semua keadaannya, dalam semua perkataan dan perbuatannya, pada
persoalan pokok agama dan cabang-cabangnya, dalam batin dan dzahirnya.
Maka siapa yang mengikuti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu menunjukkan benarnya pengakuan cinta kepada Allah Ta'ala.
Al Qadli 'Iyadh rahimahullah, berkata: "Di antara bentuk cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan menolong sunnahnya, membela syariahnya, berangan-angan hidup bersamanya, . . . "
Ibnu Rajab, dalam Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari, menyebutkan bahwa kecintaan bisa sempurna dengan ketaatan, sebagai firman Allah Ta'ala:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku." (QS. Ali Imran: 31)
Karenanya klaim cinta kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
tidak dapat diterima dengan sekadar memeringati hari kelahiran beliau.
Namun, perilakunya banyak menyimpang dan tidak sesuai dengan tuntunan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
12 Maret 2012
Inilah Titik Awal dari Kabangkitan ISLAM . LAWAN!
JurnalGhurabba - Alhamdulillah..
kemarin ( 09-03-2012) Segerombolan umat islam berkumpul dama 'aksi
sejuta umat indonesia tanpa Liberal" aksi ini adalah bentuk dari
perlawanan umat islam yang mulai gerah dengan tingkah laku para kaum
kuffar dan munafik yang semakin berani dan kuarang ajar terhadapa umat
islam . yang mana ,mereka sudah berani menghina Nabi Muhammad SAW
,Qur'an ,dan masih banyk pula hujataan2 mereka
kepada umat islam yang saya anggap itu sudah melampaui batas. tetapi
degan begitu , umat islam sekarang ini mualai tergerak . ya, jawabannya
adalah pada aksi kemari itu . saya pribadi tidak menyangka bahwa ribuan
umat islam akan mengikuti aksi tersebut . inilah tanda bahwa uamt Islam
masih peduli dengan kemuliaanya peduli dengan agama yang HAQ ini . merek
tidak mau membiarkan thagut2 berkeliaran . menurut pandangan saya
pribadi aksi kemarin adalah aksi dimana disitu lah pergerakkan
kebangkitan ISLAM yang mulia dimulai , pergerakkan peradaban islam
dimulai. air mata saya seakan ingin terus keluar , karena ternyata ...
Subhanallah.. sungguh.. janji Alloh itu benar. dan ini membuat hati saya
semakin yakin tentang kebesaran2 Allah Swt Dialah Tuhan yang Maha
segalanya . terakhir.. pesan saya ialah .. janganlah pernah berhenti
untuk menyiarkan , berdakwah, kemasyarakat suarakan ISLAM jangan takut
dibilang Fundementalis,teroris dan segala macam fitnah2 mereka. tunjukan
kepada mereka bahwa jika membela ISLAM adalah TERORIS maka,
saksiakanlah kami adalah TERORIS . teruslah berjuang , hancurkan
kebatilan . Bergabunglah bersama barisan perlawanan . Lawan!!
(Muhammad Novaldo Kahfi )
4 Maret 2012
Sebab yang menarik manusia pada kehidupan dunia
JurnalGhurabba-Sesungguhnya segala puji itu milik Allah. Kami memuji-Nya, memohon
pertolongan kepada-Nya dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kami dan keburukan amal-amal kami. Barang siapa diberi petunjuk Allah,
maka tidak ada yang dapat menyesatkan. Dan barang siapa disesatkan Allah
maka tidak ada yang dapat menunjukinya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (QS. Ali ‘Imran :102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar”. (QS. Al Ahzab : 70-71)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisa’ : 1)
Dan aku bersaksi bahwa tiada llah kecuali Allah saja, tiada sekutu
bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,
yang telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan memberi nasehat
kepada umat. Mudah- mudahan kesejahteraan dan keselamatan dicurahkan
Allah kepada junjungan kita Muhammad saw, kepada keluarganya serta
sahabat-sahabatnya,
Wa ba’du:
Wa ba’du:
Diri seseorang merupakan perintangan pertama bagi mereka yang hendak
melangkah di jalan jihad yang mendaki ini. Sebagaimana ucapan Ibnul
Qoyyim rhm. “Ketahuilah bahwa diri itu merupakan gunung besar yang
merintangi jalan mereka yang melangkah menuju keridloan Allah. Tidak
mungkin seseorang bisa menempuh jalan tersebut sebelum ia melewati
gunung yang besar itu”.
Jalan yang mendaki dan sulit ini… gunung yang besar ini, disertai
pula dengan lembah-lembah, bukit-bukit dan jurang-jurang yang dalam.
Syetan berdiri di atas puncaknya dan memperingatkan dengan maksud
menakut-nakuti orang yang berusaha untuk mendaki puncak ketinggian
tersebut. Perintang yang datangnya dari diri sendiri ini harus kamu
lewati sehingga kamu sampai ke jalan Allah yang aman. Jalan keselamatan
yang diterangi oleh wajah Allah swt.
Maka dari itu kamu harus mendaki gunung ini. Setiap mana seorang muslim mencoba untuk menaikinya, maka syetan meneriakinya, hawa nafsu menariknya, syahwat melemahkan kemauannya. Semua bermaksud untuk melengketkan ke bumi, meski orang tersebut adalah ulama besar. Maka dari itu harus melepaskan dirinya dari segala macam keterikatan, dari segala macam ikatan dan belenggu sehingga tubuhnya menjadi enteng dan dapat mendaki puncak yang tinggi itu. Apabila ia berhasil mendaki puncak itu, maka ia akan menemukan jalan yang aman, seperti yang difirmankan Allah Azza Wa Jalla:
Maka dari itu kamu harus mendaki gunung ini. Setiap mana seorang muslim mencoba untuk menaikinya, maka syetan meneriakinya, hawa nafsu menariknya, syahwat melemahkan kemauannya. Semua bermaksud untuk melengketkan ke bumi, meski orang tersebut adalah ulama besar. Maka dari itu harus melepaskan dirinya dari segala macam keterikatan, dari segala macam ikatan dan belenggu sehingga tubuhnya menjadi enteng dan dapat mendaki puncak yang tinggi itu. Apabila ia berhasil mendaki puncak itu, maka ia akan menemukan jalan yang aman, seperti yang difirmankan Allah Azza Wa Jalla:
“Allah menyeru (manusia) ke negeri keselamatan (surga), dan
menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (QS.
Yunus: 25)
Dan ia adalah jalan yang diterangi dengan cahaya,lurus, aman, lagi
menjamin keselamatan. Yaitu sesudah mana seseorang berhasil melewati
rintangan besar yang menghadangnya. Rintangan itu adalah hawa nafsu yang
selalu mendorong berbuat jahat.
SEBAB YANG MENARIK MANUSIA KEPADA KEHIDUPAN DUNIA
Pertama: Kebodohan
Sebenarnya banyak sekali faktor yang membantu nafsu (yang selalu
mendorong berbuat jahat) untuk mengikat pemiliknya kepada kehidupan
dunia. Diantara yang utama adalah “kebodohan”. Kebodohan adalah kubangan
yang busuk baunya, mengikat setiap yang mempunyai hawa nafsu dengan
kebusukannya sehingga iapun tenggelam dan menyelam dalam lumpurnya yang
berbau busuk.
Kebodohan merupakan faktor terbesar yang merintangi perjalanan
seseorang kepada Allah Azza Wa Jalla. Merintangi kaki dari belenggu yang
mengikatnya. Merintangi ruh yang akan melepaskan diri dari belenggunya.
Kebodohan, apabila telah menimpa diri seseorang, maka terkadang akan
membuatnya mengingkari adanya matahari meskipun ia melihat di siang hari
bolong.
“Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka dan
orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan
(pula) segala sesuatu ke hadapan mereka niscaya mereka juga tidak
beriman, kecuali jika Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengerti (bodoh)”. (QS. Al An-aam : 111)
Andaikata orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka, para
malaikat datang, dan seluruh binatang liar datang serta berbicara kepada
mereka; tetap saja mereka tidak beriman. Penyebabnya adalah kebodohan
(akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti).
Bodoh disini bukan berarti kurang pengetahuan, akan tetapi “tidak
mengerti”. Orang yang mengetahui tentang Allah adalah yang takut dan
bertaqwa kepada Nya. Sebagaimana firman Allah :
“Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung ataukah
orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedangkan ia takut kepada (adzab) akherat dan mengharap rahmat Rabbnya?
Katakanlah, “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui ? “Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran (QS. Az Zumar : 9)
Orang yang beribadah, berdiri sholat sepanjang malam, mengharap surga
yang dijanjikan Rabbnya, takut terhadap adzab Nya; adalah orang-orang
yang dikatakan `alim (berilmu/mengetahui).
Ibnu Mas`ud r.a. berkata,
” Bukanlah yang dinamakan ilmu itu dengan banyaknya riwayat (yang dihafalkan), tetapi ilmu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa takut”.
” Bukanlah yang dinamakan ilmu itu dengan banyaknya riwayat (yang dihafalkan), tetapi ilmu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa takut”.
Mari kita simak bersama perkataan nabi Yusuf As, “ Dan jika
engkau tidak dihindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku akan
menjadi diantara orang-orang yang bodoh”. (QS. Yusuf : 33)
Yusuf mengetahui bahwa zina adalah perbuatan keji dan suatu
kemaksiatan yang besar. Namun demikian, pengetahuan nabi Yusuf akan
kekejian perbuatan tersebut tidak menafikan predikat bodoh andaikan ia
terjerumus ke dalamnya. Jadi kebodohan adalah rintangan yang paling
besar yang menghadang di depan jalan mendaki dari gunung yang
dinamakan’Hawa nafsu yang selalu mendorong berbuat jahat’.
Oleh karenanya, Nabi Musa As menjawab perkataan kaumnya ketika ia
menyuruh kepada mereka menyembelih sapi betina dan mereka mengatakan,
“Adakah engkau akan menjadikan kami bahan olok-olokan?”.
“Aku berlindung kepada Allah menjadi diantara golongan orang-orang yang bodoh
(QS. Al Baqarah : 62)
(QS. Al Baqarah : 62)
Beliau tidak menjawab dengan ucapan, “Aku berlindung kepada Allah menjadi diantara golongan orang-orang yang mencemooh”.
Oleh karena kebodohan lebih besar bala`nya daripada mencemooh. Bodoh
terhadap Allah sebab yang menjadikan seseorang mencemooh dan
memperolok-olok yang lain.
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang
semestinya dikala mereka berkata, “Allah tidak menaruhkan sesuatu kepada
manusia”. (QS. Al An `aam : 91)
Sikap tidak menghormati Allah serta tidak mengagungkan Nya adalah
yang dinamakan jahil/bodoh terhadap Allah `Azza Wa Jalla. Ma`rifat atau
pengetahuan tidak menafikan kebodohan. Kadang ma`rifat dan kebodohan
bertemu dalam diri seseorang, ilmu adalah lawan dari kebodohan. Dan ilmu
itu sendiri adalah rasa takut. Boleh jadi seseorang banyak mengetahui
sesuatu dan banyak mengerti sesuatu, akan tetapi sebenarnya ia tidak
mengetahui kecuali sedikit saja.
“Aliif lam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang
terdekat (1) dan sesudah mereka dikalahkan itu akan menang, dalam
beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah.Dia menolong siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan
menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Ruum : 1-7)
Mereka mengetahui seluk beluk dan rahasia atom, putaran elektron,
kapal terbang, kapal perang, jet-jet tempur serta teknologi tinggi yang
lain. Mereka mengetahui itu, akan tetapi mereka lalai terhadap kehidupan
akhirat. Maka dari itu mereka dikatakan kaum yang tidak mengetahui.
Oleh karena itu para ulama berkata, “Orang yang berolok-olok atau
bersenda gurau dengan ayat Al-Qur’an adalah fasik”. Dan sebagian dari
mereka berpedapat kufur.
Misalnya ada sekumpulan orang yang sedang menghadapi jamuan makanan.
Lalu salah seorang dari mereka maju untuk mengambil makanan seraya
berkata, “Wa nasafnal jibaala nasfaa, artinya : “Dan kami hancurkan
gunung-gunung itu sehancur-hancurnya.” Maka perbuatan seperti itu
tergolong perbuatan fasik menurut jumhur ulama, dan kufur menurut
sebagian di antara mereka. Sebab ayat Al-Qur’an adalah firman Allah,
bukan untuk bahan olok-olokan ataupun senda gurau.
“Katakanlah,“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman.” (QS. At-Taubah : 65-66)
Maka dari itu, waspadalah dari persoalan ini. Kalian jangan
menjadikan hadits-hadtis Nabi dan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bahan
untuk melucu dan menghibur agar orang-orang tertawa dan senang. Kalian
harus berhati-hati dan tetap mengagungkan Allah, karena Dia adalah Dzat
yang Maha Perkasa, Maha Agung, Maha Suci dan Maha Luhur.
Maka dari itu, ketika Rasulullah saw merasa bersedih hati atas berpalingnya kaum beliau dan berduka melihat jalan yang mereka tempuh, maka Allah menegurnya :
Maka dari itu, ketika Rasulullah saw merasa bersedih hati atas berpalingnya kaum beliau dan berduka melihat jalan yang mereka tempuh, maka Allah menegurnya :
“Dan jika berpalingnya mereka (darimu) terasa amat berat bagimu,
maka jika kamu dapat melihat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu
kamu dapat mendatangkan mu'jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau
Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam
petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang
jahil.” (QS. Al-An’am : 35)
Kalau mau membicarakan soal kebodohan, maka pembahasannya akan sangat
panjang. Adapun cara terbaik untuk menghadapi orang-orang bodoh adalah
berpaling dari mereka. Sebab jika kamu berdebat dengan mereka, maka
mereka akan mengalahkanmu –dengan kengototan mereka--. Dan jika kamu
dapat mengalahkan mereka, maka mereka akan membencimu. Dan mereka tidak
akan mau mengakui kebenaranmu. Maka jalan yang terbaik adalah berpaling
dari mereka.
“Maka berpalinglah engkau (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami.” (QS. An-Najm : 29)
Dan….
“Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr : 85)
Berpalinglah kamu dari mereka dan jangan berdebat dengan mereka. Oleh
karena perdebatan itu hanya akan menambah kecongkaan mereka. Imam
Asy-Syafi’i pernah mengatakan, “Tiadalah aku berdebat dengan orang-orang
yang bodoh melainkan ia akan mengalahkanku. Dan tiadalah aku berdebat
dengan orang yang pandai melalinkan aku akan dapat mengalahkannya.”
Tentu saja karena orang bodoh terkadang mengingkari –seperti pernah
saya katakan—cahaya matahari yang bersinar di siang hari bolong dan
cahaya rembulan pada saat purnama.
Maka biarkanlah orang-orang bodoh itu. Mereka akan mati jika kalian
tinggalkan. Dan akan hidup jika kalian ajak mereka berdebat.
Mudah-mudahan dengan jalan meninggalkan mereka, maka mereka akan
tercegah berlaku sombong dan congkak. Dengan menjauhkan diri dan
meninggalkan berdebat dengan mereka, maka mereka akan mengerti kedudukan
mereka sendiri. Ini jika kamu merasa pasti bahwa dia adalah seorang
yang bodoh, mengikuti hawa nafsunya sendiri, tidak mau mengakui
kebenaran dan tidak mau mengikuti sesuatu yang telah pasti kebenarannya.
Kedua: Lalai
Sifat lalai menyebabkan orang terjerumus ke dalam neraka.
Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan)
pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan di dunia serta
merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan
ayat-ayat kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang
selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus : 7-8)
Lalai menyebabkan seseorang berpaling, menyebabkan seseorang menyikapi peringatan ayat-ayat Allah dengan senda gurau :
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). Tidak
datang kepada mereka suatu ayat al-Qur'an pun yang baru (diturunkan)
dari Rabb mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka
bermain-main, (lagi)hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang
zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, ‘Orang ini tidak lain
hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu, maka apakah kamu menerima
sihir itu, padahal kamu menyaksikannya." (QS. Al-Anbiya’ : 1-3)
Kamu mendatanginya dengan membawa berita yang sangat penting dan
dengan perkataan yang serius. Kamu ceritakan kepadanya tentang berbagai
pertempuran yang membuat agama Islam menghadapi dua pilihan : lenyap
atau terus bertahan. Kamu ceritakan kepadanya tentang pertempuran yang
sangat dahsyat dan membinasakan. Membinasakan anak manusia sebagaimana
halnya batu penggiling menumbuk halus bulir padi. Namun demikian dia
lalai dan tidak begitu mengacuhkan. Sambutan yang diberikannya padamu
hanyalah senyum hampa atau mengatakan padamu, ‘Saya telah mendengar
cerita mereka, bahwasanya mereka telah melakukan begini dan begitu.
Saya tidak punya waktu untuk mendengar pembicaraan mengenal kaum itu.’
Dia sibuk mengumpulkan uang dan menghitung-hitungnya, dia sibuk
dengan berbagai macam buah-buahan yang hendak dimakannya dan berbagai
macam jenis minuman yang hendak ditenggaknya. Kamu datang kepadanya
untuk mengekang hawa nafsunya, untuk menyadarkannya sedikit dari
kelalaian yang menghinggapi dirinya dari ujung kaki sampai puncak
kepala. Kamu hendak mengalihkan sedikit perhatiannya dari tumpukan uang
yang selalu dihitung-hitungnya dan dari dunia yang ia jadikan tempat
bersenang-senang, dan dari kehidupannya yang ia jadikan sebagai senda
gurau dan main-main belaka. Kehidupan dunia telah menipunya. Dia tidak
punya waktu sedikitpun untuk mendengar perkataan yang bermanfaat bagi
kehidupannya di dunia dan di akhirat.
KITA LEBIH BERHAK TERHADAP PENGGUNAAN WAKTU
Ada beberapa orang bertanya pada Piccaso: “Berapa jam anda tidur
dalam sehari?” “Empat jam.” Jawabnya. “Apakah empat jam cukup bagi
anda?” Tanya mereka. Piccaso menjawab, “Kalian ingin saya tidur delapan
jam sehari hingga sepertiga kehidupan saya terbuang sia-sia untuk tidur?
Kapan saya bisa memuaskan kesenangan saya dan menyalurkan hobby serta
bakat saya? Saya hanya tidur empat jam sehari.”
Siapa yang lebih berhak terhadap waktu? Kalian ataukah mereka?.
Kalian yang berdiri shalat menghadap Rabbul Alamin atau mengikuti jejak
Syahidul Mursalin shallallohu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan lapang dan
sempit, di malam yang gelap gulita dan di siang yang terang oleh cahaya
mentari, ataukah mereka yang berlaku sombong yang tidak mau tidur
delapan jam sehari supaya kesenangan dan keinginan mereka dapat
terpenuhi dan tersalurkan?
Kita diperintahkan untuk menghentikan persahabatan dengan kaum yang lalai itu. Kita diperintahkan untuk menghentikan pembicaraan dengan mereka. Kita boleh memberikan kepada mereka sedikit senyuman, sedikit akhlak dan mu’amalah/perhubungan baik kita. Tetapi kita tidak boleh membuang-buang waktu kita bersama mereka. Kita tidak boleh menyatukan suatu pendapat apapun dengan mereka.
Kita diperintahkan untuk menghentikan persahabatan dengan kaum yang lalai itu. Kita diperintahkan untuk menghentikan pembicaraan dengan mereka. Kita boleh memberikan kepada mereka sedikit senyuman, sedikit akhlak dan mu’amalah/perhubungan baik kita. Tetapi kita tidak boleh membuang-buang waktu kita bersama mereka. Kita tidak boleh menyatukan suatu pendapat apapun dengan mereka.
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengikuti Kami serta memperturutkan hawa nafsunya dan
adalah urusannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)
Kata “Janganlah kamu mengikuti” dalam ayat ini adalah larangan, sedangkan larangan di situ menunjukkan keharaman.
Adalah urusannya kalau dia melampaui batas, oleh karena mengikuti
hawa nafsu serta kelalaian hanya akan membawa cerai berainya urusan,
lepasnya ikatan di antara manusia, hilangnya pemikiran yang sehat dan
lenyapnya logika yang benar.
Ketiga: Hawa Nafsu
Hawa nafsu adalah kecenderungan manusia untuk memperturutkan
syahwat/keinginannya. Hawa nafsu lawannya adalah kebenaran. Allah adalah
Dzat yang Maha Benar, Dia menciptakan langit dan bumi dengan alasan
yang benar. Firman-Nya :
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti
binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.
Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka
tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun : 71)
Hawa nafsu akan membuat seseorang berlaku zhalim dan kezhaliman itu membuat seseorang tersesat dari jalan yang benar.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan
adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan
Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.” (QS. Shaad : 26)
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.” (QS. An-Nisa’ : 135)
Hawa nafsu akan selalu menjauhi keadilan, sedangkan kebenaran akan selalu diikuti keadilan.
Karena itulah hawa nafsu –dalam bahasa Arabnya—“Hawa”() yang berarti
jauh dari tempat ketinggian ke tempat yang rendah. Oleh karena itu ia
menjatuhkan orang yang mengikuti hawa nafsunya dari ketinggian ke tempat
yang rendah. Maka orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang
merosot dan jatuh bersama hawa nafsu, kelalaian dan kebodohannya ke
tempat serendah-rendahnya di dunia dan akhirat, di mana ruhnya jatuh ke
neraka Sijjil.
Terkadang hawa nafsu bisa membesar dalam diri seseorang sehingga
orang tersebut tidak menentang kemungkaran yang dilihatnya dan tidak
mengikuti kebaikan yang telah diyakininya. Bahkan bisa menjadi lebih
besar lagi sehingga ia melihat yang mungkar menjadi ma’ruf dan ma’ruf
menjadi mungkar.
“Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah
menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), ‘Inikah orangnya
yang diutus Allah sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan
kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar
(menyembah)nya’. Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat
azab, siapa yang paling sesat jalannya. Terangkanlah kepadaku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya. Maka apakah kamu
dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan : 41-44).
Hawa nafsulah yang menjadikan seseorang cenderung kepada dunia dan
kemewahannya. Dan hawa nafsu pula yang menurunkan kedudukan ulama’ dari
tingkatan di bawah para nabi, yakni tingkatan para shiddiqin ke tingkat
seekor anjing.
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab),
kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang
yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan
menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS.
Al-A’raf : 175-176).
Seperti anjing yang tiada henti-hentinya menjulurkan lidahnya, sama
saja di saat dia istirahat ataupun tengah kecapaian. Sungguh alangkah
indah dan mengenanya penyerupaan dan penggambaran yang dilukiskan Allah
melalui firman-Nya.
Di dalam kitab-kitab tafsir diterangkan bahwa ayat di atas
mengisahkan tentang seorang laki-laki Bani Isra’il yang bernama Bal’am
bin Ba’ura’. Dahulunya ia adalah seorang yang sangat alim dan sangat
mustajab do’anya. Ketika tentara Musa a.s. datang untuk menggempur kaum
lalim yang bermukim di Palestina, maka kaumnya datang dan menemui serta
membujuknya, ’Berdo’alah kepada Allah untuk membinasakan Musa dan
pengikutnya’. Maka lelaki ini menyanggupi permintaan kaumnya karena
tamak terhadap dunia mereka. Lalu lidahnya menjulur ke dada dan ia
meninggalkan ayat-ayat Allah. Maka jadilah ia seperti anjing, jika
dihalau, lidahnya menjulur dan jika dibiarkan lidahnya tetap menjulur.
Keempat: Syahwat (Ambisi)
Sebab keempat yang menyebabkan diri manusia bertindak durhaka dan
melampaui batas adalah syahwat. Syahwat menarik diri manusia untuk
melakukan apa saja yang diinginkannya. Syahwat yang pertama adalah
berlaku sombong di muka bumi. Yang menjadikan kebenaran seperti
kebatilan dan menjadikan kebatilan seperti kebenaran. Orang-orang yang
berlaku sombong di muka bumi tidak akan masuk surga.
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan
kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS.
Al-Qashash : 83).
Wallohu ta’ala a’lam bishshowab
sumber: Ashabulkahfi site
Site : http://arrahmah.com/read/2011/11/24/16533-tazkiyatun-nafs-sebab-yang-menarik-manusia-pada-kehidupan-dunia.html
Syaikh Abdullah Azzam (rahimahullah): "Dakwah dan pengorbanan"
JurnalGhurabba-Wahai mereka yang telah
ridla Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai Diennya dan Muhammad sebagai
Nabi dan Rasulnya. Ketahuil, bahwasanya Allah telah menurunkan ayat
dalam surat al-baqarah :
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang beriman bersamanya : "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS.
Al Baqarah : 214)
Harga dakwah itu amat mahal menurut firman Allah Yang Maha Benar dan
Maha Agung serta menurut lisannya Rasulullaah SAW. Harga mengemban
prinsip dan memindahkannya dari alam pikiran atau alam teori ke alam
tatbiq (praktek) dan alam kenyataan, memerlukan banyak pengorbanan
sehingga menjadi benar-benar nyata dan hidup di alam dunia.
1. HARGA DAKWAH
Dakwah tidak akan mencapai kemenangan dan keberhasilan jika dakwah
tersebut tidak diiringi pengorbanan. Baik itu dakwah ardliyah (dari
manusia) atau dakwah samawiyah (dari Allah). Darah, tubuh, tulang
belulang, nyawa, syuhada`, itu semua adalah api yang menyalakan
pertempuran, api yang menyalakan peperangan ideologi, api yang
menyalakan perang pemikiran. Adapun ayat tersebut di atas memperingatkan
kita kepada persoalan penting dalam gelanggang peperangan ini. Yakni
bahwa tidak ada surga bagi orang yang tidak mau berkorban dan
menyumbangkan sesuatu.
Apakah kamu mengira? Apakah kalian menyangka bahwa kalian akan masuk
surga padahal belum merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang
sebelum kalian. Kemudian Allah Rabbul `Izzati mengisyaratkan persoalan
penting bahwasanya kamu sekalian tidaklah semulia hamba yang paling
dicintaiNya, kalian tidak lebih baik dari hamba-hamba pilihanNya.
"Allah memilih utusan-utusanNya dari malaikat dan dari manusia." (QS Al Hajj : 75)
Tak ada satu manusia di bumi ini yang lebih utama daripada Muhammad
SAW, kendati demikian sebagaimana firman Allah `Azza wa Jalla. "Mereka
ditimpa oleh bencana (yakni peperangan), kesengsaraan (kemiskinan),
kekurangan dan lain-lain yang serupa." Dan mereka digoncangkan, coba
perhatikanlah diri manusia ketika mereka dalam keadaan tergoncang.
Gemetar seluruh tubuhnya seakan-akan ia dilanda gempa bumi sehingga
tidak mampu menguasai diri untuk tidak jatuh. Mereka digoncangkan dan
goncangan itu membuat makhluk yang paling sabar di muka bumi, yakni
Rasulullah SAW, berdo`a dengan penuh ketundukan kepada Allah `Azza wa
Jalla, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Orang yang sabar, tawadlu`, khusyu`, Aminullah (yang dipercaya Allah)
di muka bumi, yang selalu bertemu Aminus Sama` (Jibril AS) pagi dan
petang, yang senantiasa dimantapkan oleh Al Qur`an sepanjang siang dan
malam, masih dapat tergoncang sehingga menyeru kepada Allah dengan
sepenuh hati dalam permohonannya, serta mengasingkan dirinya untuk
bermunajat kepada Allah `Azza wa Jalla. Beliau berdo`a, "Bilakah
pertolongan Allah itu tiba?"
"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi dan
telah meyakini bahwa mereka telah didustakan datanglah kepada rasul itu
pertolongan Kami." (QS Yusuf:110)
Masalah tersebut menjadikan para rasul hampir putus harapannya.
Mereka tidak mempunyai harapan namun belum sampai pada putus asa, karena
:
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS Yusuf : 87)
Mereka meyakini bahwa mereka telah didustakan. Bumi itu telah
tertutup rapat di hadapan mereka dan dunia terasa sunyi di wajah mereka,
bumi tidak menjanjikan seseorang yang mau mengikuti dakwah mereka, maka
mereka tidak berpengharapan lagi.
"Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi
(tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah
didustakan, datanglah kepada Rasul itu pertolongan Kami, lalu Kami
selamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak
siksa Kami dari orang-orang yang berdosa. Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal, Al
Qur`an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat." (QS Yusuf 110-111)
2. PENGORBANAN RASULULLAH SAW
Al Qur`an itu bukan hiburan dan bukan untuk kesenangan di waktu-waktu
senggang, akan tetapi Al Qur`an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi
para Da`i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, mengikuti
jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat
manusia.
"Aku adalah pemimpin anak cucu Adam, bukan menyombong." Meskipun
demikian, keadaan beliau saat ini adalah seperti yang beliau sendiri
ceritakan dalam hadits shahih:
"Sungguh aku pernah disakiti karena menyampaikan risalah Allah
dan tak seorangpun pernah disakiti seperti itu, aku pernah diintimidasi
karena menyampaikan risalah Allah dan tak seorangpun pernah diteror
seperti itu. Dan pernah pula lewat pada diriku tiga puluh hari tiga
puluh malam, sementara aku dan Bilal tak ada sesuatu yang dapat dimakan
kecuali sedikit makanan yang hanya dapat menutupi ketiak Bilal" (Shahih Al jami` Ash Shagir 1525)
Ketika datang pembesar Quraisy kepada Abu Thalib, meminta dia agar
mencegah keponakannya menyakiti perasaan mereka, maka Abu Thalib
mengirim anaknya Uqail untuk menemui Rasulullaah SAW dan mengingatkan
bahwa kaum Quraisy mendesaknya agar menghentikan penghinaan terhadap
mereka, maka beliau Rasulullaah SAW menjawab dengan kata-kata sebagai
berikut:
"Demi Allah, aku lebih tidak mampu meninggalkan sesuatu yang aku
diutus untuknya daripada seseorang di antara mereka mencoba membakar
matahari dengan nyala api."
"Demi Allah, wahai paman. Sekiranya mereka dapat meletakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku
meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai
Allah memenangkannya atau aku akan binasa karenanya." (Riwayat pertama dinyatakan hasan oleh Albani, dan merupakan penguat bagi riwayat kedua)
Urusan menyampaikan dakwah bukan merupakan sesuatu yang mudah atau perjalanan yang menyenangkan.
"Kalau yang kamu serukan kepada merek itu keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka akan
mengikutimu." (QS At-Taubah : 42)
Sesungguhnya jalan dakwah adalah jalan yang panjang dan sukar.
Semuanya berduri, semuanya pengorbanan. Bahkan mungkin engkau meninggal
dunia sedangkan engkau belum mencapai satu buahpun dari hasil
pekerjaanmu.
`Abdurrahman bin `Auf menangis
`Abdurrahman bin `Auf meletakkan makanan yang lezat didepannya lalu
dia menangis dan kemudian berdiri. Dia berkata: "Sungguh sahabat-sahabat
kami telah meninggalkan dunia, namun mereka belum pernah melihat
seperti ini. Dan sungguh dahulu. Mush`ab bin `Umair, makanannya lebih
baik daripada kami, tetapi dia belum pernah melihat makanan yang sebaik
ini."
Anas ra berkata: "Rasulullaah SAW telah diwafatkan oleh Allah,
sedangkan beliau belum pernah menikmati daging kambing bakar."(HR Shahih
Bukhari)
"Tak pernah sama sekali keluarga Muhammad makan roti dari Sya`ir (jenis gandum) sampai kenyang selama dua hari berturut-turut."
"A`isyah berkata: "Demi Allah, kami belum pernah makan korma sampai kenyang kecuali sesudah penaklukkan Khaibar."" (HR Muslim)
Apakah kalian mengira bahwa prinsip dan keimanan itu hanya merupakan
mainan atau senda gurau atau kesenangan yang disampaikan seorang manusia
lewat khutbah yang dihiasi dan dirangkai dengan kata-kata yang indah,
atau ditulis dalam sebuah buku lalu dicetak dan kemudian disimpan di
perpustakaan ????????????/
Itu sama sekali bukan jalan dari Ashabud Da`wah (penyampai dakwah) !!!!
Sesungguhnya dakwah itu selalu akan memperhitungkan bahwa generasi
pertama yang menyampaikan dakwah, mereka itu adalah tumbal bagi tegaknya
dakwah yang diserukan.
Ucapan Syayid Quthub
Sesungguhnya generasi pertama, mereka itu pergi sebagai api penyala
buat tabligh dan sebagai bekal untuk menyampaikan kalimat yang tidak
akan hidup kecuali dengan qalbu dan cucuran darah.
Sesungguhnya kalimat kita akan tetap mati seperti boneka yang tak
bergerak, sampai kita mati karenanya. Maka dia / kalimat itu akan
bergoncang bangkit dan hidup di antara mereka yang hidup. Setiap kalimat
yang hidup, maka ia akan bersemayam di hati manusia yang hidup,
sehingga hiduplah ia bersama-sama mereka yang hidup. Orang-orang yang
hidup tidak akan ingin berdampingan dengan orang-orang yang mati, mereka
hanya mau berdampingan dengan orang-orang yang hidup. Adapun mayat itu
akan tetap di kubur di bawah tanah, walaupun ia adalah mayat orang
terhormat.
3. JALAN DAKWAH
Wahai saudara-saudaraku. Jalan dakwah itu dikelilingi oleh "makaruh"
(hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh,
diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau
menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam
perhitungannya.
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan
tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan
khutbah yagn terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia
menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi
pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang
ini.
Berapa banyak orang-orang komunis yang mengurbankan diri mereka untuk
mengadakan revolusi merah ?? Berapa lama lenin dipenjara dan dibuang?
Dan betapa kagumnya kita saat ini dengan demokrasi barat ? Bagaimana
undang-undang tersebut dapat menghakimi Presiden di depan mahkamah,
serta memenangkan atau bahkan mengalahkan kasusnya. Undang-undang dan
hakim tidak tunduk kepada seorangpun. Cukup sekiranya saya ambilkan
sebuah contoh bagi anda, bekas presiden Amerika Serikat, Nixon. Ketika
partai oposisi hendak mengajukan tuntutan kepadanya dengan tuduhan bahwa
dia memata-matai mereka selama berlangsungnya pemilihan, maka Nixon
meminta maaf atas kesalahannya dan kemudian berlindung di balik panggung
sejarah karena khawatir akan terjatuh di bawah kekuasaan undang-undang.
Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang dengan
sia-sia? Apakah kalian mengira bahwa undang-undang tersebut datang
dengan tiba-tiba? Mereka memperolehnya dengan pengorbanan darah serta
tulang belulang para pemikir. Telah dibunuh tiga ratus ribu orang di
tangan algojo di mahkamah pemeriksaan, dan tiga puluh ribu diantaranya
dibakar hidup-hidup. Mereka yang dibunuh itu ingin mengeluarkan
orang-orang barat dari cengkeraman gereja yang lalim dan membebaskan
mereka dari belenggunya yang kuat dan kokoh.
Telah dibunuh Bruno, dipenjara Copernicus, serta disiksa Galileo,
oleh karena mereka meneriakkan prinsip mereka dengan lantang. Tatkala
Bruno diajukan di depan mahkamah gereja dan kemudian dijatuhi hukuman
mati, hanya karena dia mengatakan bahwa bumi itu bulat, maka Bruno
berkata: "Walau bagaimanapun bumi itu tetap bulat." Walaupun terbukti
bahwa bumi itu memang bulat, tetap saja dia dihukum mati.
Selama tiga abad berturut-turut, para pemikir barat berjuang. Seperti
Montesqueu, John Lock, Jan Jack Rosow, John Liel, dan lain-lain. Mereka
telah banyak berkorban untuk mengeluarkan umat mereka dari doktrin
pendeta yang bertentangan dengan akal pikiran dan ilmu pengetahuan.
Pihak gereja menggiring manusia yang membangkang ke neraka penyiksaan
dengan cambuk gereja yang kuat.
Dari sinilah, dan dari sebab ketidakmampuan mereka untuk mengadakan
konfrontasi dengan pihak gereja, maka mereka berusaha membebaskan
orang-orang barat. Untuk itu mereka menyeru orang-orang untuk
mengingkari tuhan gerej dengan tujuan merobohkan gereja dan tiraninya
yang bernama Paus.
Dua Revolusi Besar
Demokrasi yang dinikmati bangsa-bangsa barat sekarang ini bukan
terjadi secara kebetulan saja, dan bukan hasil dari orang-orang yang mau
berkorban. Dijalan apa ??? Mereka berkorban untuk menegakkan pemikiran
mereka. Mereka tidak berambisi untuk mendapatkan surga, dan juga tidak
takut terhadap neraka. Bahkan karena dahsyatnya derita yang mereka alami
dari penguasa gereja, maka pada saat mereka menang dalam dua revolusi
besar di negeri barat (bangsa barat telah bersepakat bahwa dua revolusi
Bolsyoviya tahun 1917 M) mereka membuat syi`ar, Gantung raja terakhir dengan usus Paus terakhir.
Maksudnya adalah, Sikatlah habis agama-agama dan raja-raja di bumi,
karena mereka membahayakan manusia dan menghancurkan kemanusiaan.
Belahlah perut Paus terakhir dan gantunglah raja terakhir dengan usus
Paus. Ini adalah syi`ar dalam revolusi Perancis. Adapun syi`ar dalam
revolusi Bolsyoviya yang melarikan diri dari gereja dan kediktatoran
kaisar adalah "Tidak ada Tuhan dan hidup adalah materi."
Mereka tidak mengingkari wujud Allah, Darwin mungkin Marxis menurut apa
yang telah saya telaah tidak meningkari wujud Allah, akan tetapi mereka
meningkarinya karena hendak menghancurkan gereja yang menyiksa manusia
dengan ayunan cambuknya. Mereka lari dari penguasa gereja. Maka setelah
itu timbullah atheisme di negeri barat dan menyebar ke dunia.
Saya ingin mengatakan kepada kalian : "Tidak mungkin suatu prinsip
itu bisa menang tanpa pengorbanan dan tanpa cucuran darah. Pernah
orang-orang komunis di dunia Arab, yakni di Yordania, dijatuhi hukuman
mati oleh hakim pada tahun 1954. Halim mengetuk palu dan memutuskan :
"Mahkamah telah menjatuhi hukuman kepada saudara berupa kurungan penjara
selama lima belas tahun." Maka dia berkata lantang: "Hidup Rusia!!!!
Hidup Lenin!!!!""
Maka apakah kalian mengira bahwa kalian dapat mempertahankan negara
kalian yang lemah itu selama sepuluh tahun atau lima belas tahun ? Para
komunis itu adalah pengikut suatu prinsip yang tidak berharap kepada
Allah, tidak mengenal Allah. Dunia mereka dan akhirat mereka adalah
dunia mereka, jadi tidak ada akhirat buat mereka. Kendati demikian
mereka berani berkorban demi keyakinan dan prinsip mereka.
4. TELADAN DARI MEREKA YANG MELANGKAH DI JALAN DAKWAH
Dakwah islamiyah telah menyumbangkan keteladanan yang tiada
bandingannya. Telah banyak berkorban putra-putra Islam di atas jalan ini
sepanjang sejarah. Darah mereka menjadi api obor bagi generasi-generasi
yang datang sesudah mereka. Jika Hasan Albana telah dibunuh di jalan
protokol terbesar di kota Qahirah, yakni di lapangan Ramses, dan
kemudian dihabisi nyawanya di kamar bedah rumah sakit. Tidak ada yang
menshalati jenazahnya selain empat orang perempuan saja. Namun darahnya
telah menghidupkan generasi-generasi sesudahnya di bumi ini.
Jika Abdul Qadir Audah, Muhammad Farghali, Yusuf Thal`at, Hamdawi
Dawir, Ibrahim Thayyib, Mahmud Lathif, Sayyid Quthub, Abdul Fattah
Isma`il, Muhammad Yusuf Hawwasy, Shaleh Sirriyah dan karim Al Anadluli
serta yang lain dapat mereka bunuh, namun darah mereka tidak hilang
sia-sia. Darah mereka laksana api yang menggelegarkan dada-dada generasi
Islam yang berusaha untuk menegakkan Dien Allah.
Mengikuti jalan mereka sebelumnya Al Qassam, Sallamah dan Al `Izzu
bin `Abdussalam serta yang lainny. Mereka telah menerangi kita dengan
nyala api untuk kita pegang dalam melangkah di atas jalan dakwah.
Darah-darah mereka merupakan menara petunjuk bagi generasi-generasi yang
mau mencari petunjuk.
Hamidah Quthub pernah bercerita kepadaku. Katanya: "Pada tanggal 28
Agustus 1966, Hamzah Basiyuni, Direktur penjara memanggilku. Lalu dia
memperlihatkan keputusan hukuman mati bagi Sayyid Quthub, Hawwasy dan
Abdul Fattah Isma`il, kepadaku. Lantas dia mengatakan: "Kita masih punya
kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Ustadz (Sayyid Quthub), yakni
dia harus minta maaf. Dia akan diringankan dari hukuman mati, dan
sesudah enam bulan dia akan keluar dari penjara dalam keadaan sehat wal
afiat. Kalau dia jadi dibunuh, maka demikian itu akan berarti suatu
kerugian bagi seluruh dunia. Pergi dan bujuklah dia supaya mau minta
maaf.""
Hamidah menyambung : "Lalu aku pergi menemuinya di penjara. Sampai
disana kukatakan kepadanya. Sesungguhnya mereka mengatakan jika engkau
minta maaf maka mereka akan meringankan hukuman mati mu." Maka dia
menjawab: "Atas kesalahan apa aku harus minta maaf wahai Hamidah, apakah
karena aku beramal di pihak RAbbul `Izzati? Demi Allah, sekiranya aku
bekerja untuk pihak lain selain Allah tentu aku akan minta maaf. Akan
tetapi sekali-kali aku tidak akan minta maaf karena beramal di pihak
Allah. Tenanglah wahai Hamidah, sekiranya umur belum waktunya habis maka
hukum mati itu tidak akan jadi dilaksanakan. Tidak berguna sama sekali
maaf itu untuk mempercepat ajal atau mengakhirinya."
Itulah jiwa yang dipoleh iman !! Kekuatan macam apa ini !! Keteguhan
hati macam apa ini !! Tali gantungan nampak di depan matanya, namun dia
masih sempat menenangkan hati yang hidup atas Qudratullah dan qadarNya.
Basyir Al Ibrahim mengatakan : "Pernah suatu ketika, aku berada di
dekat raja Faruq ( raja Mesir waktu itu ). Aku mendengar mereka tengah
berbisik-bisik tentang rencana pembunuhan Hasan Albana. Maka aku segera
pergi menemui Hasan Albana dan kukatakan padanya :"
"Sesungguhnya pembesar negeri ini sedang berunding tentang kamu
untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu." (QS Al Qashash : 20)
Maka dia menjawab : "Apakah engkau berfikir begitu (dia ulang tiga kali), ketahuilah:
"Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS Ath-Thalaq)
Sesungguhnya kalau kematian sudah menjadi ketentuan Allah, maka kewaspadaan itu tidak akan dapat menyelamatkan."
5. CONTOH KEPAHLAWANAN DARI AFGHANISTAN
Kita sekarang bersama bangsa Afghan yang telah memberi banyak contoh
tentang kepahlawanan. Suatu kepahlawanan yang belum pernah terjadi dalam
lembaran tarikh islam selama lima abad terakhir ini. Sesungguhnya
pengorbanan yang telah diberikan bangsa Afghan, secara keseluruhan tidak
dapat disamakan dengan jihad dan perang bangsa-bangsa Islam pada
abad-abad terakhir ini.
Saya belum pernah melihat kesabaran yang melebihi kesabaran mereka.
Saya tidak pernah melihat bangsa yang lebih perkasa daripada jiwa
mereka. Dan saya tidak pernah melihat bangsa muslim mukmin seperti
mereka, yang tidak mau menundukkan kepala mereka kecuali kepada Rabbnya
bumi dan langit.
Mereka tidak mempunyai persediaan makanan untuk kehidupan
sehari-hari. Ada orang Arab yang kaya meminang anak gadis mereka. Namun
mereka menolak menikahkan anak gadis mereka, khawatir hal itu
mencemarkan harga diri mereka. Sehingga jangan sampai ada yang
mengatakan bahwa mereka menikahkan anak gadisnya pada masa kesulitan
kepada orang-orang kaya.
Mereka mengisahkan kepada saya tentang seorang perempuan dari
Propinsi Kandahar. Mereka mengatakan bahwa perempuan tua tersebut datang
kepada Mujahidin dan melapor : "Sesungguhnya anak lelakiku berkomplot
bersama pemerintah komunis untuk menyerang kalian. Dia pergi ke Kandahar
untuk menunjukkan tempat berlindung kalian dan kamp-kamp kalian. Karena
itu susul dan tangkaplah dia!"
Kemudian mujahidin mengejar anak perempuan tua tersebut dan berhasil
menangkapnya. Setelah itu mereka bawa ke markas dan kemudian mereka
kirimkan lelaki tersebut kepada ibunya. Mujahidin berkata: "Ini anak
lelakimu, lalu apa yang harus kami perbuat dengannya?" "Ikatlah kedua
kaki dan lengannya dan beri aku pisau yang tajam." Jawabny. Maka mereka
memberi dia, mereka memberi sebuah pisau. Kemudian perempuan tua itu
berkata kepada anak lelakinya : "Ingatlah kamu pada hari di masa engkau
mencaci Rasulullaah SAW di depanku? Maka saat ini saya akan membalas
dendam bagi Rasulullaah SAW terhadapmu wahai kafir !!" Kemudian dia
menyembelih anak lelakinya dengan tangan sendiri.
Belum pernah kudengar, belum pernah kudengar dalam sejarah bahwa
seorang perempuan tega membunuh anaknya demi menegakkan prinsipnya. Kita
telah mendengar tentang para sahabat (Semoga Allah meridlai mereka
semua) bahwa mereka membunuh ayah mereka sendiri. Akan tetapi kita belum
pernah mendengar ada seorang perempuan yang membunuh anaknya dengan
tangannya.
Beberapa hari yang lalu datang tiga puluh wanita dari sebuah desa di
Afghanistan. Rusia tidak menyisakan penduduknya kecuali tiga puluh
wanita ini. Yang lainnya, mereka bantai habis. Di sebuah desa Propinsi
Logar, kaum komunis Afghan menyembelih empat puluh tiga orang yang
terdiri para lelaki jompo, ulama, kaum wanita, dan anak-anak, kemudian
jenazah tersebut mereka tuangi minyak tanah dan kemudian mereka bakar
pada hari Iedhul Adha atau beberapa hari sebelumnya. Dalam pembantaian
itu ada anak laki-laki berusia dua belas tahun bersembunyi di bawah
tempat tidur. Orang-orang rusia masuk ke dalam rumah dan menggeledah isi
dalamnya. Secara kebetulah mereka mendapati mushaf al qur`an, lantas
Mushhaf tersebut dibanting dengan keras sebagai penghinaan atasnya.
Tiba-tiba anak yang bersembunyi tadi bergerak dari bawah tempat tidur
dan keluar ke depan Rusi yang membanting tadi dan memegang erat Mushhaf
tersebut diantara kedua tangannya. Lantas dia berkata: "Ini adalah kitab
Rabb kami, kitab ini adalah kemuliaan kami dan syi`ar kami.: "Buang
kitab itu!" Perintah Syethan tersebut. Maka dia menjawab: "Meski engkau
potong-potong diriku, demi Allah aku tidak akan melepaskannya dari
tanganku." Karena penghormatan anak tersebut kepada agama ini, maka si
Rusia pun menghormati anak tersebut. Lantas dia sembelih semua yang ada
di rumah dan membiarkan anak tersebut tetap hidup."
Kita membicarakan orang-orang Afghan, mengenai yang negatif-negatif
serta yang jelek-jelek saja. Adapun kemuliaan-kemuliaan mereka dan
kelebihan-kelebihannya kita kesampingkan begitu saja. Kita tidak
berbicara kecuali tentang perselisihan yang terjadi di Peshawar, kita
tidak berbicara kecuali tentang perselisihan si Fulan dengan si Fulan.
Si Fulan mengambil sekian, dan si Fulan berdusta dalam hal demikian.
Masuklah kalian ke dalam medan pertempuran dan lihatlah apa yang sedang
dilakukan mujahidin? Kemudian setelah itu putuskanlah, apakah kalian
mampu hidup sebulan saja sebagaimana kehidupan mereka? Sesungguhnya
kalian tidak mampu mengerjakan yang demikian itu.
Betapa banyak rumah tangga yang tidak tersisa didalamnya kecuali
seorang anak kecil saja. Ibu-ibu dibunuh, bapak-bapak dibunuh,
pemuda-pemudi disembelih dan yang lain hilang di bawah reruntuhan tanah
akibat bombardir pesawat tempur musuh. Perkara-perkara ini tidak
disebarkan beritanya di dunia Islam, akan tetapi justru perselisihan
yang terjadi antara dua atau tiga orang yang hidup di Peshawar lah yang
banyak disebarkan. Padahal Mujahidin meninggalkan lembaran-lembaran
sejarah yang bersinar. Lembaran yang membuat sejarah umat manusia dengan
pengorbanan darah, nyawa dan tulang belulang.
Saya nasehatkan kepada kalian, sekali lagi saya nasehatkan kepada
kalian. Jika kalian ingin turut andil bersaham dengan saha, bagi kita,
fardlu ain bagi setiap muslim di muka bumi sekarang ini untuk mengangkat
senjata melawan penguasa-penguasa lalim di muka bumi, fardlu ain bagi
setiap muslim di muka bumi ini untuk berdiri di sisi orang-orang Afghan.
Jika engkau tidak mengangkat senjata di Afghan, maka berperanglah di
lain tempat. Tidak ada alasan bagi seseorang, seperti ucapan Abu Thalhah
ra : "Allah tidak mau mendengar udzur seseorang."
Saya nasehatkan kepada kamu sekalian jika ingin berkhidmat untuk jihad Afghan, maka :
Pertama : Janganlah kalian mentransfer perpecahan
kalian dan perselisihan kalian di dunia Arab ke bumi Afghan. Cukuplah
mereka menghadapi musibah, problema-problema serta perselisihan diantara
mereka sendiri. Tanah ini adalah bukan tanah kita, dan kawasan ini
bukan kawasan kita. Saya mengira bahwa hati kalian menyukai membantu
jihad Afghan, maka hendaklah kita mengangkat tinggi syi`ar ini, dan
hendaknya kita semua menyatukan pandangan di atas syi`ar tersebut, yakni
"BERKHIDMAT KEPADA JIHAD". Adapun perselisihan kecil diantara kita,
yakni khilaf dalam cabang-cabang fiqh (masalah furu`iyah) atau
perselisihan dalam hal cara pengalaman, apakah diambil dari madzhab ini
atau dari madzhab itu, maka perkara-perkara ini harus dikesampingkan di
medan perang ini.
Apakah kita menggerakkan ujung jari kita (dalam duduk tahiyyat) atau
tidak, mengangkat tangan sesudah takbir ketika hendak ruku` dan sesudah
ruku` dan ketika mau sujud atau tidak. Mengeraskan bacaan amin atau
tidak. Si Fulan berasal dari tanzhim pimpinan Islam yang baik atau
tidak, si Fulan dari negeri Arab sebagai imam atau individu.
Buanglah ini jauh-jauh dan kesampingkanlah. Sudah cukup penderitaan
dan problema yang ada di medan ini, jangan kita tambah dengan
keruwetan-keruwetan yang lain. Dan hendaknya kita semua bertemu untuk
saling tolong-menolong di atas perkara yang telah sama-sama kita
sepakati. Kita sepakat bahwa kedatangan kita kesini untuk membantu
jihad, untuk saling tolong-menolong dalam rangka berkhidmat kepada
jihad. Maka dari itu, hendaklah kita perlu saling memaklumi terhadap
obyek perselisihan. Janganlah kalian saling berbisik-bisik, saling
intip-mengintip, saling kerjap mengerjap, janganlah kalian saling
berbicara rahasia.
"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaithan, supaya orang-orang beriman itu berduka cita" (QS 58:10)
Semua orang yang sampai ke tempat ini, lebih dari sembilan
persepuluhnya datang dengan niat dan motif yang baik. Datang untuk turut
serta dalam jihad. Dan sebagian mereka tidak dapat datang karena
terputusnya jalan (tak punya biaya). Masalah dunia terbentang luas di
hadapan mereka. Disamping itu, mereka dinegerinya atau di negeri mahjar
sekalipun hidup serba kecukupan dan terhormat. Bekerja sebagai pegawai
atau belajar di perguruan-perguruan. Mereka tinggalkan itu semua dan
datang untuk berkhidmat kepada jihad. Inilah yang menjadi dasar
pernilaian saya dan saya tidak peduli dengan kekeliruan mereka sepanjang
masih dapat ditoleransi.
"Tiadalah Rasulullaah SAW mengumpulkan manusia yang rela berkorban
demi membela dien ini melainkan dengan mizan kebaikan dan kesalahan.
"Tidakkah engkau tau wahai `Umar bahwa dia ikut serta dalam peperangan
Badar. Boleh jadi Allah telah melihat (hati) para ahli Badar, lalu Dia
berfirman: "Lakukanlah sekehendak kamu, sesungguhnya Aku telah
memberikan ampuanbagimu"(HR Shahih Bukhari - cuplikan).
Ketika diketahui bahwa Ibnu Abu Balta`ah mengirim surat kepada kaum
musyrikin Quraisy tentang rencana Nabi SAW menyerang mereka maka `Umar
bangkit dari tempat duduknya dan berkata lantang: "Izinkanlah saya ya
Rasulullaah, memenggal leher orang ini. Sungguh dia telah nifak," Sabda
beliau: "Tidakkah engkau tahu hai `Umar bahwa dia ikut serta dalam
perang Badar?" Sungguh Rasulullaah SAW telah memilih amal terbaik dari
sahabat ini sebagai dasar pertimbangan untuk meredam gejolak kemarahan
dalam hati `Umar dan para sahabat.
Para sahabat telah telah menyebar kemana-mana, dan semua orang yang
mengikuti tidak berselisih dengan pengikut yang lain. Semua membawa
riwayat dari riwayat-riwayat Al Qur`an dan huruf dari huruf-hurufnya
(dialek dalam alQur`an), kendati demikian semuanya ikut serta perang
Yarmuk, dan dalam penaklukan negeri yang kita injak ini (Afghanistan).
Semuanya, para pengikut Hudzaifah, penduduk Syam, pengikut Al Auza`i,
penduduk Kufah dan penduduk Bashrah, semuanya dengan qira`at mereka yang
berbeda-beda, dengan imam yang berbeda, semuanya satu pasukan di bawah
satu qiyadah dan bertemu dalam satu tujuan, yakni berperang untuk
meninggikan kalimatullah. Untuk itu marilah kita tinggikan syi`ar.
Sesungguhnya kita datang untuk berkhidmat kepada jihad.
Sementara kita ini, setelah tinggal di Peshawar seminggu atau dua
minggu berubah menjadi seorang pengamat politik dan ahli kemasyarakatan,
memutuskan hukum begini, mengeluarkan fatwa begitu, menjatuhkan si anu,
memperingatkan orang dari perbuatan si anu, namun sampai sekarang,
belum satupun peluru yang dia bidikkan di jalan Allah `Azza wa Jalla.
Dan dia tidak tahu bahwa orang yang dia lihat didepannya itu telah
menapak di atas jalan yang penuh kepedihan, darah, dan air mata selama
belasan tahun.
Marilah kita beretmu di dalam syi`ar "Kami ingin berkhidmat kepada
Jihad.", dan marilah kita bertemu dalam syi`ar lain "Meninggalkan
perselisihan", tolong-menolong dalam masalah pokok dan meninggalkan
perselisihan dalam masalah furu`iyah. Kita semua datang untuk berkhidmat
kepada dien ini dan keluar dari negerinya berhijrah kepada Allah `Azza
wa Jallah.
"Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah
tetap pahalanya di sisi Allah."
Hatta seandainya kamu tidak mati dalam peperangan, asal kamu keluar
berhijrah di jalan Allah, dan kamu mati di Peshawar, maka pahalamu telah
tetap di sisi Allah. Maka dari itu janganlah kamu hapus pahala yang
engkau dapat dengan memakan daging manusia, karena daging manusia itu
beracun menurut kata-kata Ibnu `Asakir. Untuk itu jangan sampai engkau
bertemu Allah, sedangkan lisanmu menetaskan darah dari darah manusia
yang engkau hisap. Jangan sampai engkau bertemu Allah, sementara daging
saudara-saudaramu berada di antara kedua gigimu. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW dalam suatu riwayat, ada disebutkan dalam atsar. "Demi
Allah, sesungguhnya aku melihat dagingnya berada di antara kedua gigi
depan kalian berdua." Yakni ketika dua orang sahabat mengatakan
sesungguhnya hamba in celaan, lalu beliau bersabda: "Sungguh kalian
berdua telah makan daging sahabat kalian. Dan sesungguhnya aku, demi
Allah, melihat dagingnya berada di antara kedua gigi depan kalian."
Kedua: Kita bertemu untuk berkhidmat kepada jihad.
Dan masing-masing bekerja dibidangnya sendiri-sendiri. Masing-masing
dimudahkan untuk beramal sesuai dengan apa yang telah ditentukan
baginya. Sebagaimana kalian semua tidak membuat penilaian atas penguasa
di negeri kalian (dan tidaklah penguasa di negeri kalian itu lebih baik
dari para pemimpin jihad), maka yang demikian itu tidak selayaknya kita
menilai pemimpin jihad tersebut dengan pengamatan dan wawasan politik
kita.
Ketiga: Kita bermaksud memperhitungkan kebaikan kaum
dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Kita bermaksud mengambil hal-hal
positif yang membangkitkan harapan dalam hati. Dan betapa banyaknya
hal-hal yang positip itu, dan betapa sedikitnya hal-hal yang negatif
itu. Maka janganlah kalian sibuk menghitung-hitung aib kaum muslimin.
"Wahai segenap orang yang hanya beriman di bibir, sedangkan iman
belum merasuk ke dalam hatinya. Janganlah kamu sekalian menggunjing kaum
muslimin dan jangan pula mencari-cari aurat saudaranya muslim. Karena
sesungguhnya barangsiapa mencari-cari aurat saudaranya muslim, maka Dia
akan menelanjangi auratnya itu meski di dalam rumahnya sendiri." (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 7984)
Jangan sampai kaliam berbuat sesuatu yang menjadikan Allah mempunyai
alasan yang nyata untuk mencari-cari aurat kalian dan membuka aib kalian
serta menelanjangi dan membuat malu kalian meskipun di dalam rumah
kalian sendiri.
Tiga point, yang kita bertemu, bersepakat dan tolong-menolong atasnya: Pertama,
kita lupakan perpecahan dan perselisihan kita di dunia Arab, dan kita
campakkan perpecahan dan perselisihan itu di bumi Afghan ini. Kedua, kita datang untuk salilng tolong-menolong dalam jihad dan saling memaafkan terhadap apa yang menjadi perselisihan kita. Ketiga,
menyebarkan hal-hal yang positif dan yang baik serta berdiam diri dari
aib dan hal-hal yang buruk. Dan jangan memalingkan manusia dari jalan
Allah. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar hendak menyesatkan
orang lain dengan nafsu mereka.
"Dan sesungguhnya ada ucapan yang keluar dari mulut seseorang tanpa
disadarinya, bahwa karena ucapannya itu ia terperosok ke dalam neraka
jahanam." (HR Bukhari)
Berapa banyak pemuda yang datang ke sini dengan penuh semangat untuk
berjihad, kemudian kalian palingkan dia dari jalan Allah dengan ucapan
kalian? Berapa banyak pemuda yang sampai di bumi Afghan, kemudian mereka
kembali ke negerinya dengan rasa sesal lantaran banyaknya apa yang
kalian tanamkan dalam hati mereka berupa keburukan-keburukan yang telah
kalian hafal, kalian kumpulkan, dan tak sedikitpun darinya yang kau
lupakan! kamu sekalian menyangka dengan perbuatan itu telah berbuat
kebaikan memalingkan manusia dari jalan Allah dan menyesatkan mereka.
Sibukkanlah diri kalian dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian.
"Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada suatu kaum, maka Dia ilhamkan kepada mereka untuk beramal."
"Dan tiada tersesat suatu kaum yang telah mendapatkan petunjuk kecuali sesudah mereka saling debat mendebat" (Shahih Al Jami` Ash Shaghir 5633)
Saya cukupkan sekian dulu, saya mohon kepada Allah semoga
mengampuniku dan mengampunimu. Wahai hamba-hamba Allah, beristigfarlah
kamu sekalian kepada Allah.
Dinukil dari : Tarbiyah Jihadiyah 1, al alaq Pustaka
Diunduh dari: Jahizuna.com
(saif al battar/arrahmah.com)
Langganan:
Postingan (Atom)