JurnalGhurabba-Segala Puji hanya bagi Allah Rabb Semesta Alam. Shalawat dan Salam untuk Nabi Muhammad SAW.
Paling
agungnya nikmat dalam kebersamaan adalah bahwa adanya penyatuan hati
dan ikatan hati di antara kita. Dan paling buruknya nikmat dalam suatu
hidup kebersamaan adalah perpecahan dan bercerai-berai. Di sana banyak
hadits dalam ilmu psikologis dan ilmu jiwa apa saja yang menyebabkan
timbulnya perpecahan. Dan mereka telah meletakkan berbagai macam
pemecahan untuk itu. Dan ketika kita melihat Al-Qur’an kita menemukan
ini dalam suatu ayat. Itulah keadaan Al-Qur’an sebagai suatu mukjizat,
ia mendatangkan dari berita yang besar dalam suatu kalimat efektif.
Allah
SWT menyebutkan dari umat terdahulu yang telah mendahului kita. Mereka
adalah kaum Nasrani, mereka mengikuti nabi Isa AS, lalu terjadi masalah
besar dalam agama mereka. Itulah yang menyebabkan perpecahan dalam diri
mereka. Dan ayat menggambarkan kondisi manusia. Hal ini berulang-ulang,
dan menyebabkan pengulangan dalam setiap kejadian, di setiap zaman dan
tempat, di setiap pertemuan, dan di setiap kebersamaan, terutama dalam
setiap perkumpulan karena Allah SWT. Allah berfirman,
وَمِنَ
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى أَخَذْنَا مِيثَاقَهُمْ فَنَسُوا
حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ
وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ
“Dan
di antara orang-orang yang mengatakan: “Kami ini orang-orang Nasrani”,
Kami telah mengambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja)
melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, maka
Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari
kiamat.” (QS. Al Maidah: 14)
Inilah pondasi utama dalam
setiap kita berkumpul dan bersama. Kenapa Allah SWT menyebutkan ini
dalam ayat ini? Agar tidak terjadi hal yang sama. Dan Allah menyebutkan
kapan terjadinya.
Dalam suatu kitab dikatakan bahwa di antara
orang Nasrani, Allah SWT telah mengambil perjanjian di antara mereka.
Mengambil perjanjian di sini maksudnya adalah orang itu mengenal atau
mempunyai ilmu terhadap ajaran Allah SWT. Dan dia telah mengetahui
tentang kewajiban terhadap Allah SWT serta mengetahui kewajiban dakwah.
Dia telah mengetahui tentang sunnah dan kewajiban untuk mengikutinya.
Setiap apa yang kau ketahui itu sudah merupakan perjanjian terhadap
Allah SWT. Dan di hari kiamat setiap orang akan ditanya tentang apa yang
diketahui.
كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ
“Setiap
kali ada sekumpulan (orang-orang kafir) dilemparkan ke dalamnya
(neraka), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah
belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu?” (QS. Al-Mulk: 8 )
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“… Kami tidak akan menyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra: 15)
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah” (QS. Muhammad: 19)
Dan
siapa yang tidak ikut terhadap Rasul padahal telah jelas kepadanya
petunjuk? Barang siapa yang telah jelas kepadanya petunjuk tapi ia tidak
komitmen kepada petunjuk tersebut, maka Allah akan menagih perjanjian
itu.
Lalu apa yang terjadi? Terjadi bahwa sebagian jiwa manusia:
LUPA. Melupakan apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Lupa
mengandung dua makna dalam Al-Qur’an.
Makna pertama adalah tidak
adanya ilmu. Seperti dalam surat Al-Kahfi bahwa sesungguhnya syaitan
telah membuatnya lupa (QS. 18: 63). Inilah tidak adanya ilmu. Makna lupa
yang kedua adalah meninggalkannya. Inilah yang dimaksud dengan yang di
surat Al Maidah ayat 14 di atas. Maka barang siapa yang meninggalkan
sesuatu yang telah diketahuinya, itulah lupa. Seperti dalam suatu ayat,
نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ
“Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).” (QS. At-Taubah: 67)
Mereka
meninggalkan ajaran Allah, mereka meninggalkan ketaatan kepada Allah,
dan mereka melalaikan perintah Allah. Kaum Bani Israil, mereka melupakan
apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Dikatakan dalam suatu ayat:
وَنَسُواْ حَظّاً مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِ
“dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan (hazhzhan) yang telah diperingatkan kepada mereka (dzukkiruu bihi)” (QS. Al-Maidah: 13)
“Hazhzhan”. Apa itu hazhzhan? Hazhzhan
artinya adalah sebagian atau bagian kecil. Allah menjelaskan bahwa
mereka telah meninggalkan sebagian kecil dari ajaran yang telah
diingatkan kepada mereka. Inilah sebab terjadinya persatuan dan di
sinilah sebab terjadinya perpecahan. Jadi ketika telah meninggalkan
sebagian dari apa yang telah diajarkan kepada mereka, maka di sini sebab
timbulnya perpecahan. Terutama dalam masalah-masalah besar yang
menyangkut masalah pondasi agama, serta pegangan prinsip agama.
Allah SWT berfirman:
فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ
“… maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka …” (QS. Al-Maidah: 14)
Apa artinya أَغْرَيْنَا ? Apa artinya al-ighra? Al-Ighra
artinya mendorong ulang. Artinya bahwa permusuhan menjadi sesuatu yang
dia sukai. Maka dia menjadikan perpecahan itu sebagai sesuatu yang dia
senangi. Apa sebabnya? Karena mereka melupakan sebagian dari apa yang
telah diingatkan dari Allah SWT kepada mereka. Inilah ringkasan dari
seluruh persoalan.
Bukan berarti kita meninggalkan persoalan lain
tapi ini masalah utama. Ketika kita ingin istiqamah dan kita ingin
persatuan yang kuat dan kebersamaan yang kuat, maka hendaklah kita
melihat makna ayat ini dan kita melakukan apa yang dilakukan oleh para
sahabat: setiap diperintahkan mereka melaksanakan, setiap dilarang
mereka meninggalkannya. Karena itu mereka bersatu. Maka dikatakan mereka
seperti satu hati.
Raja orang kafir mengatakan, “Kami telah
melihat teman-teman Kisra dan kaisar tapi kami tidak pernah menemukan
seperti sahabat Muhammad”. Maka berkata salah seorang panglima di
kisaran Qodisiyah bahwa orang-orang Islam telah belajar dari Muhammad.
Inilah persatuan yang dibangun di atas pondasi.
Ada pun orang yang
pura-pura berbasa-basi, maka Allah SWT akan mengungkap kebasa-basian.
Allah SWT tidak memperbaiki orang yang berbuat kerusakan. Dan Allah SWT
tidak memberikan janji kepada orang-orang yang berkhianat. Dan
sebaliknya, Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang shalih.
Dan Allah menunjukkan jalan keluar bagi orang-orang beriman. Dan Allah
menjauhkan keburukan dari mereka.
Maka setiap kamu menemukan dalam
hati suatu keinginan untuk bersatu maka berarti Allah telah
menginginkan kebaikan darinya. Dan kebalikannya – ini juga merupakan
kebenaran – jika ada seseorang yang dalam dirinya ingin
perpecahan-perpecahan berarti Allah menginginkan keburukan darinya.
Karenanya Allah SWT mengingatkan janganlah engkau berpecah belah seperti
orang terdahulu berpecah belah.
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ
“Dan
janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas
(al-bayyinat).” (QS. Ali Imran: 105)
Lihatlah makna yang sama antara ذُكِّرُواْ بِهِ (dzukkiru bihi) dengan makna الْبَيِّنَاتُ (al-bayyinat).
Keadilan
itu jelas. Kebenaran itu jelas. Pondasi agama jelas. Iman dan seluruh
rukun-rukunnya jelas. Tujuan semuanya telah nampak. Semua itu merupakan al-bayyinat.
Kepadanya hati orang-orang beriman berkumpul. Dan kepadanya barisan
orang-orang shalih berkumpul. Inilah jalannya orang-orang beriman
sepanjang sejarah. Kita mohon kepada Allah SWT semoga kita tergolong
orang-orang yang bertaqwa. (hdn)